Oleh: Bakti Rajawali Ministry | Agustus 5, 2017

BERKAT DARI POHON KEHIDUPAN

Kelanjutan dari sebuah kehidupan di dunia tidak terlepas dari ketersediaan makanan dan minuman  jasmani.  Manusia yang diciptakan Allah dengan keterbatasan dalam semua aspek kehidupan, tidak bisa hidup tanpa makanan.  Maka Tuhan menciptakan alam semesta dengan segala isinya sebagai keperluan manusia untuk memastikannya tetap hidup.

Allah membuat taman Eden di Bumi yang dikhususkan untuk Adam dan Hawa (Kej. 2:8-9), dimana terdapat 3 “kategori (jenis)” pohon di dalammnya yaitu:

  1. Berbagai macam pohon yang menari dan baik.
  2. Pohon Pengetahuan tentang yang baik dan jahat
  3. Pohon Kehidupan.

Jenis yang pertama yaitu  pohon yang menarik dan baik buahnya untuk dimakan adalah wujud tanggungjawab Allah memelihara manusia ciptaanNya, sedangkan Pohon Kehidupan dan Pohon Pengetahuan tentang yang baik dan jahat adalah mewakili (menggambarkan) pilihan manusia.  Pohon Kehidupan adalah kebalikan dan Pohon Pengetahuan tentang yang baik dan jahat, yang satu membawa kehidupan sedangkan yang satu lagi kepada kematian.

Pohon Pengetahuan tentang yang Baik dan Jahat berbicara tentang ketidakpercayaan yang membawa kepada Kematian. Itulah kenyataan yang terjadi dalam kejatuhan manusia kedalam dosa. Kejatuhan manusia kepada dosa adalah disebabkan karena mereka tidak percaya atau ragu kepada Tuhan.  Setelah Iblis memperdaya mereka, mereka menjadi ragu kepada Tuhan dan lebih percaya kepada Iblis. (Kej.3:1-4).  Ketidakpercayaan itulah sesungguhnya yang menghasilkan ketidaktaatan kepada Tuhan.

Semangat (Spirit) yang mendasari keputusan Adam dan Hawa untuk memakan buah dari Pohon Pengetahuan tentang yang Baik dan Jahat adalah :

  1. Menjadi sama seperti Allah (Kej.3;5)
  2. Memberi pengertian/pengetahuan (kej. 3:6)

“Menjadi sama seperti Allah” berarti ada sebuah keinginan untuk menyamai Allah. Kalau sudah sama hebatnya dengan Allah berarti tidak butuh pertolongan Allah.

Memberi Pengertian/Pengetahuan” berarti terdapat keinginan menjadi sama dalam pengetahuan/hikmat dgn Allah, sehingga tidak membutuhkan Firman dan tuntunan Allah. Intinya “SAYA TIDAK BUTUH ALLAH” 

Bila ada orang yang hanya mengandalkan pikiran dan kemampuannya sendiri dalam menjalani hidup tanpa merasa perlu tuntunan, hikmat dan kekuatan Allah, maka dosa itu sesungguhnya masih bercokol dalam diri seseorang itu.

Sebaliknya Pohon Kehidupan berbicara tentang iman yang membawa kepada kehidupan. Pohon Kehidupan adalah tipologi Kristus. Pilihan kepada Pohon Kehidupan berarti percaya dan mengandalkan Yesus yaitu hidup yang berdasarkan iman akan anugerah Allah di dalam tuntunan Roh.  Sedangkan pilihan kepada Pohon Pengetahuan tentang yang baik dan jahat adalah berdasarkan hikmat dan kemampuan diri sendiri (usaha sendiri) dalam daging oleh tuntunan hukum-hukum/peraturan.  Orang yang mengandalkan kekuatannya diri sendiri akan terkutuk sedangkan orang yang mengandalkan Tuhan akan diberkati (Yeremia 17:5-8).

Yesus adalah Pohon Kehidupan yang diterima dengan iman untuk memperoleh keselamatan. Yesus adalah Pohon Kehidupan yang menjadi sumber berkat rohani dan jasmani; kehidupan kekal dan pemeliharaan semasa hidup di bumi.   Mengambil buah dari Pohon Kehidupan berarti beriman pada semua karya Kristus untuk kita.

Surat Paulus kepada jemaat Galatia adalah bentuk pengakuan dimana hidup yang kita hidupi bukan diri kita sendiri lagi tetapi oleh Kristus sang Pohon Kehidupan.

“Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” (Gal.2:20).

Amsal 3:6 mengatakan “Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu”, maka kehidupan kekal dan pemeliharaan di bumi menjadi bagianmu dari sang Pohon Kehidupan yaitu Kristus.

Haleluya.

Oleh: Bakti Rajawali Ministry | Agustus 2, 2017

PERNIKAHAN KRISTEN YANG LANGGENG

Pernikahan yang bahagia tentu menjadi impian setiap pasangan Kristen, tetapi faktanya impian tidak selalu seperti kenyataan.  Ada banyak proses yang harus dilewati sebuah pasangan, dimana di dalam menjalani proses itu, kedua pasangan tidak selalu ada dalam kebahagian. Liku-liku jalan berkerikil sering tidak dapat dihindari dalam perjalanan berumah tangga, tetapi kaki harus terus berjalan pada tujuan yang diharapkan.

Suka dan duka, tawa dan air mata pasti akan mengisi hari-hari perjalanan. Tetapi kesakralan pernikahan Kristen bukan untuk digugat oleh persoalan yang ada. Oleh karena itu, pernikahan yang langgeng haruslah menjadi “materai hati” mengatasi riak-riak yang ada.

Ada 3 hal yang ingin saya sampaikan untuk mewujudkan pernikahan yang langgeng:

  1. Sebuah pasangan harus menyadari sepenuhnya bahwa pernikahan adalah inisiatif Allah. Dia yang mendirikan lembaga pernikahan.

Kejadian 2:18: “TUHAN Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia”

Kejadian 1:28: “Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka:  “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.”

Tuhanlah yang berinisiatif membentuk lembaga pernikahan, Dia pula yang menguduskan sebuah ikatan pernikahan.  Untuk mewujudkan kehendak-Nya agar manusia beranakcucu, bertambah banyak, menaklukkan dan menguasai bumi adalah melalui lembaga pernikahan.

Karena Pernikahan adalah inisiatif Allah dan yang mendirikan lembaga itu, maka orang kristen tidak boleh menganggap remeh pernikahan.  “Ah, kami sudah tidak cocok lagi”, “dulu dia tidak seperti ini, sekarang sudah beda”, adalah mungkin alasan-alasan yang dapat dibuat orang untuk menyudahi ikatan pernikahan, tetapi dalam pernikahan Kristen “We have no excuse” alias tidak ada alasan untuk itu.

Karena itu di dalam Matius 19:6 dikatakan: “Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.”

  1. Sebuah pasangan harus menyadari sepenuhnya bahwa pernikahan adalah suatu ikatan kesatuan yang utuh.

Kejadian 2:24 “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.”

Kalimat “meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya” dapat digambarkan seperti organization chart dibawah ini:John chart

Gracia Chart

John-gracia chart

Pada gambar 1, adalah struktur keluarga dari Jhon, dimana John masih dibawah “kekuasaan” ayah dan ibunya. Sedangkan gambar 2 adalah struktur keluarga dari Gracia dimana ia masih dibawah “kekuasaan” dari ayah dan ibunya.  Dan pada gambar 3, John dan Grace masing-masing sepakat untuk meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu membentuk lembaga baru dimana mereka berdua yang memimpin dan menguasai lembaga itu.

Kalimat “meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya” juga bermaksud bahwa suami-isteri harus menjadikan pasangannya sebagai prioritas utama dalam relasi keluarga. Apakah itu terhadap ayat dan ibu, saudara, family, tetangga, atau siapa saja. Oleh karena itu tidak boleh ada intervensi dari pihak keluarga yang ditinggalkan atau dari pihak manapun yang menjadi keputusan atas apa pun yang ada/terjadi di dalam keluarga yang baru. Sebagai bahan pertimbangan tentu tidak ada masalah dengan masukan/nasehat dari pihak-pihak yang dimaksud.

Bagian berikutnya dari ayat itu dikatakan  “menjadi satu daging” artinya mereka tidak lagi terpisahkan. Mereka menyatu dalam satu ikatan yang utuh, menjadi sama rasa dan sepenanggungan dimana pahit manisnya kehidupan itu akan dinikmati bersama, mudah atau sukar arus dan gelombang yang harus dilalui, perahu pun didayuh bersama.

  1. Selalu membangun Dialog secara terbuka (Kumunikasi yang baik)

Ada sebuh cerita tentang sebuah keluarga yang hampir bercerai oleh karena suatu masalah. Dan setelah seorang Pendeta mengkonseling mereka, ternyata ditemukan bahwa akar persoalan ternyata sepele.

Persoalannya bermula dari kebiasaan membuang sampah rumah tangga. Rupanya kebiasaan yang terjadi di keluarga si suami, bahwa sampah rumah tangga itu dibuang pada sore hari, sehingga sepanjang malam di rumah tidak ada sampah lagi. Sedangkan si isteri setiap hari membuang sampah di pagi hari mengikuti kebiasaan yang ada di keluarganya sebelumnnya.

Melihat kebiasaan isterinya ini si suami mulai bertanya-tanya di dalam hati dan berharap istrinya mengubah kebiasaan itu. Persoalannya adalah bahwa dia tidak pernah mengkomunikasikan hal itu kepada isterinya, tentu saja istrinya tidak tahu apa yang menjadi keinginaan si suami.

Karena didiamkan, lama-lama si suami mulai kesal dan mulailah timbul akar pahit. Tentu kalau sudah ada akar, maka kemudian dia akan “bertumbuh” dan “menghasilkan buah”.  Kalau sudah seperti ini, maka apa pun yang dilakukan pasangan itu menjadi serba salah dimatanya.

Ketika iblis mencobai Hawa, Ia tidak berdialog dengan Adam. Hawa pun mengikuti bujukan si ular lalu jatuh kedalam dosa. Dan Adam pun ikut “terseret” masuk dalam jerat iblis.

Oleh karena itu, dialog atau komunikasi yang baik dan terbuka harus selalu dibangun dalam perjalanan rumah tangga, sebab terlalu banyak kebiasaan atau prinsip-prinsip yang berbeda baik yang dibawa dari keluarga, maupun dari pengalaman hidup masing-masing sebelumnya. Semua hal terbuka untuk dibicarakan termasuk mengenai seksualitas. Sebab kalau melakukan hubungan suami-isteri saja tidak tabu, apalagi cuma membicarakannya.

Kiranya setiap pasangan keluarga Kristen, tetap utuh dan langgeng sampai maut memisahkan. Tuhan memberkati.

 

Oleh: Bakti Rajawali Ministry | Mei 23, 2017

Memahami PL dari kacamata PB

Kitab PL itu terdiri dari Hukum Taurat dan Kitab Para Nabi. Kitab Para Nabi sendiri juga berdasarkan (bernafaskan) atau dalam paradigma Hukum Taurat. Makanya kitab PL sering disebut juga Kitab Taurat.

Contoh:

“Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti dihukum mati! dan engkau tidak memperingatkan dia atau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu dari hidupnya yang jahat, supaya ia tetap hidup, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu” (Yehezkiel 3:18)

Ayat ini bernafaskan atau muncul dalam paradigma Taurat.

Sanggupkah kita melakukan ini?

TIDAK, berarti MAUT.

Ada banyak orang yang pernah kita kenal dan tahu bahwa mereka pernah bahkan mungkin banyak melakukan kejahatan di DUNIA ini, yang oleh karena berbagai alasan pula (misalnya kesalahan Trum yang saya tahu dari media) tidak bisa kita peringatkan. Bila ayat ini tidak dipahami dengan terang Perjanjian Baru (Kasih Karunia) maka setiap orang akan selalu di dakwa oleh “merasa berdosanya” dan menurut ayat ini tidak seorang pun manusia di dunia ini akan lolos (selamat).

Puji syukur kita tidak hidup di dalam hukum ini, sebab keselamatan kita bukan “lagi” karena melakukan hukum Taurat tetapi iman kepada Yesus.

Namun, memperingati orang yang jahat/bersalah adalah nilai/moral yang dikehendaki oleh Allah. Sehingga kita melakukannya bukan karena hukum itu masih berlaku, tetapi karina kasih kepada Allah (yang mengasihi manusia dan menghendakinya) dan kasih kita kepada sesama.

Tetapi “ketidaksuksesan kita 100%” melakukan yang dikehendaki Allah ini, hukum “pertanggungjawaban” itu tidak berlaku bagi kita yang sudah ditebus oleh Kristus.

Contoh lainnya:

Misalnya ada hukum moral “jangan membunuh” di PL, dan jaman PL itu dilakukan karena hukum itu sendiri dan ada konsekwensi yang diterima kalau melakukan pembunuhan.

Itu nilai moral yang dikehendaki oleh Allah. Dalam PB kita tidak membunuh bukan karena hukum itu sendiri masih berlaku, tetapi karena kasih. Kasih kepada Allah yang menghendaki nilai itu kita hidupi, dan kasih kepada sesama. (ref. kasihilah sesamu manusia spt dirimu)

Demikian juga masalah persepuluhan. Tuhan memang “mengadopsi” budaya sepersepuluh sebagai hukum bagi orang Israel. Namun yang perlu kita konsen dalam perintah itu bukan jumlah persentasenya, tetapi prinsip keadilan, belaskasih dan kesetiaan. Karena orang lewi tidak mendapat bagian seperti 11 suku lainnya. Disana (dalam hukum itu) ada keadilan dimana akhirnya kedua belas suku “sama-sama mendapat bagian”, dan belas kasihan karena tidak membiarkan Lewi menderita tanpa terpelihara, dan Kesetiaan pada tercapainya maksud Allah.

Jadi dalam PB, kita melakukan persepuluhan atau perberapa puluhan pun itu, bukan lagi karena hukum itu sendiri masih berlaku, tetapi tercapainya maksud Allah, yaitu keadilan, belaskasih dan kesetiaan.

Karena itu “Kasih adalah kegenapan hukum Taurat”

If you have “love” you’ll do good.

Walau mungkin tidak sempurna, sebab kasih Kristus saja yang sempurna.

Oleh: Bakti Rajawali Ministry | Agustus 26, 2016

bakti1.png

Oleh: Bakti Rajawali Ministry | Agustus 16, 2016

Nilai Sebuah Pencapaian

Nilai sebuah pencapaian adalah perjuangannya, sebab sebuah pencapaian bisa saja karena adanya kemudahan-kemudahan. Tentu kwalitas yang dihasilkan akan berbeda.

Oleh: Bakti Rajawali Ministry | Agustus 13, 2016

Perenungan dan Kebabalan

Perenungan adalah pembelajaran tentang kehidupan. Daripadanya kita memperoleh pengertian dan hikmat. Menjadi bebal adalah akibat dari penolakan akan suara hati nurani yang murni. Kemunafikan dan kejahatan adalah buahnya.

Oleh: Bakti Rajawali Ministry | Agustus 13, 2016

lebih baik sekerat roti yang dihasilkan dengan kejujuran

Adalah sebuah kebanggaan semu bila sebuah pencapaian yang tinggi dihasilkan dari kecurangan atau manipulasi. Tetapi orang benar berprinsip bahwa lebih baik sekerat roti yang dihasilkan dengan kejujuran daripada kelimpahan dengan kecurangan.

Oleh: Bakti Rajawali Ministry | Agustus 13, 2016

Logika orang terpelajar pun bisa dikacaukan

Logika orang terpelajar pun bisa dikacaukan oleh kepentingan-kepentingan. Namun orang jujur memantapkan langkah dari hasil logikanya.

Oleh: Bakti Rajawali Ministry | Agustus 10, 2016

BELAJAR DARI NEHEMIA – 3

Niat Nehemia itu mulia. Ia ingin membungun kembali kotanya yang sudah hancur dan memulihkan kehormatan bangsanya.

Sebelum dia menyampaikan rencana pembangunan itu kepada orang-orang Yahudi sebangsanya, dia terlebih dahulu menyelidiki dengan seksama tembok-tembok Yerusalem yang telah terbongkar dan pintu-pintu gerbanya yang telah habis dimakan api, untuk mendapat keadaan yang real (sesungguhnya).

Ada 3 hal yang penting yang disampaikan Nehemia kepada orang-orang Yahudi pada saat dia mengutarakan rencana besar dan berat ini yaitu:

Tentang betapa malangnya mereka dimana Yerusalem telah menjadi reruntuhan dan betapa tercelanya mereka sebagai suatu bangsa.

  1. Betapa bermurahnya Allah yang melindungi dia, menolong dia sampai sejauh ini.
  2. Perkataan-perkataan raja – yang telah memberi izin bahkan memberinya panglima-panglima perang dan pasukan berkuda untuk menyertai (Juga karena pertolongan Tuhan)

Dengan semua itu, orang-orang Yahudi sadar akan keadaannya, sekaligus termotivasi untuk memulai pekerjaan besar itu dan berkata “Kami siap untuk membangun”

—————————————————

Janganlah bermuluk-muluk dalam hidup. Sebagai seorang pemimpin/orang beriman, nyatakan dan jelaskanlah realita yang terjadi meski pahit. Setiap orang perlu disadarkan akan keadaanya yang malang.

Namun mereka harus dikuatkan/diteguhkan/disemangati dengan kesaksian akan kemurahan Allah yang selalu terbuka kepada orang-orang yang percaya kepadaNya

Pastikan bahwa di dalam Tuhan selalu ada jalan. Dia selalu punya cara untuk membela perkara-perkara orang percaya yang berharap kepada-Nya.

Oleh: Bakti Rajawali Ministry | Agustus 9, 2016

BELAJAR DARI NEHEMIA – 2

Ketika Nehemia dizinkan oleh raja Artahsasta pulang ke negerinya untuk membangun kembali kotanya, raha Artahsasta juga memberi:

  1. Surat untuk para bupati supaya Nehemia dan rombongannya diperbolehkan melewati daerah mereka hingga Nehemia dan rombongannya sampai di Yehuda.
  2. Surat untuk Asaf – pengawas taman, agar Asaf memberikan kayu untuk material pembuatan balok-balok pintu gerbang di benteng Bait Suci, untuk tembok kota dan untuk rumah kediamannya.
  3. Panglima-panglima perang dan orang-orang berkuda untuk menyertai Nehemia

Istimewa sekali Nehemia ini, padahal dia hanyalah seorang tawanan yang telah dipekerjakan sebagai juru minum raja.

Dengan semua keistimewaan yang dia peroleh, satu perkataan iman dia katakan “Dan raja mengabulkan permintaanku itu, karena tangan Allahku yang murah melindungi aku”

———————————————————–

Tuhan bisa memakai siapa saja untuk membantu orang beriman mewujudkan pekerjaan mulia yang dia niatkan.

Orang beriman sadar dan mengaku bahwa tangan Tuhanlah yang membuat dia berhasil untuk semua pencapaian yang dia capai.

Oleh: Bakti Rajawali Ministry | Agustus 9, 2016

BELAJAR DARI NEHEMIA – 1.

Sekalipun dia telah menjadi pekerja menjadi seorang juru minum raja di Puri Susan, tetapi dia tidak melupakan tanah airnya, Yerusalem. Ia prihatin dengan keadaan bangsanya, yang kotanya sudah hancur dan kerohanian yang memprihatinkan. Niatnya untuk kembali membangun kota/negerinya (dan selalu identik dengan pembangunan keimanan) adalah sebuah mimpi besar, bahkan hampir MUSTAHIL sebab dia HANYALAH seorang tawanan yang telah dipekerjakan sebagai JURU MINUM Raja.

Tetapi dia memulainya dengan DOA meminta campur tangan Tuhan. Maka ketika ia menyampaikan niatnya itu kepada raja, sang raja mendukung dan mengizinkannya pergi dan memulai pekerjaan pembangunan Tembok Yerusalem.
———————————————————————
BERMIMPI BESAR? Jangan takut, bila itu untuk suatu pekerjaan mulia, berserah kepada Tuhan dan Tuhan akan campur tangan.

Oleh: Bakti Rajawali Ministry | Januari 25, 2016

Mari Berkarya

NILAI

Oleh: Bakti Rajawali Ministry | Mei 2, 2015

Dalam Satu Nama

Nats : Kis 4:12

Nama adalah identitas yang mewakili segala sesuatu yang ada atau yang melekat pada diri kita. Sikap dan perilaku, kedudukan, kuasa, dll. Ketika kita menyebutkan nama seseorang, maka nama itu mewakili si pemilik nama dengan segala keberadannya.

Dalam Kis. 4:12 diatas, kata keselamatan yang digunakan dalam kaitan-Nya dengan Tuhan dan kita, menggunakan dua kata yang berbeda, yang pertama adalah “soteria” yang berarti keselamatan, pembebasan, pemeliharaan. Dan kata kedua yang dipakai adalah “Sozo” yang berarti menyelamatkan, bembebaskan, mengamankan dan melastarikan. Yesus adalah nama yang dimaksudkan dalam ayat ini, yang memberi pengertian bahwa di dalam nama Yesus tersebut, kita mengalami keselamatan bukan hanya tentang keselamat di surga tetapi juga di bumi dalam wujud pemeliharaan.

Ada dua nama tokoh penting dalam Alkitab yang berada dalam jalur iman kepada kita; Abram diganti dengan nama pemberian Tuhan menjadi Abraham (Kej. 17:4). Abraham disebut sebagai bapak orang beriman. Berkat kepada Abraham kemudian mengikuti pemberian nama itu. Nama kedua adalah Yakub, diganti dengan nama pemberian Tuhan menjadi Israel. Israel menjadi bangsa pilihan Allah untuk visi yang jauh yaitu keselamatan bagi bagi bangsa-bangsa lain. Berkat atas pemilihan Israel juga mengikuti pemberian nama itu.

Misi Tuhan atas Abraham dan misi Tuhan atas Israel menuju satu Visi yang jauh dikemudian hari yaitu Yesus Kristus yang akan menyelamatkan manusia (Filipi 2:9-10). Nama Yesus itu kemudian menjadi jaminan atas keselamatan manusia di bumi dan Surga. Nama Yesus sendiri memiliki arti “Yehova Penyelamat”. Nama Yesus yang melekat pada Pribadi-Nya dan keseluruhan identitas yang melekat pada dirinya, menjadi jaminan bagi orang percaya.

Di dalam Yesus, kita menerima berkat Abraham (Gal. 3:29). Di dalam Yesus, kita menerima berkat Israel (Ef. 2:11-13,19) yaitu berkat rohani (Keselamatan kita kelak di Surga) dan berkat jasmani (Keselamatan kita di bumi, dengan pertolongan dan pemeliharaan).

Oleh iman kepada seluruh karya Kristus, kita secara roh telah diciptakan kembali. Kita diberi kuasa untuk memanggil-Nya ABBA. ABBA artinya ayah (father) yang darimana kita berasal. Kita menjadi anak-anak Allah. Maka nama kita secara rohani sesungguhnya telah diganti dengan menambahkan “bin Yahwe/Yehova” (untuk laki-laki) dan “binti Yahwe/Yehova” (untuk perempuan), atau nama pribadi-Nya yang telah menjadi manusia yaitu “Bin Yesus” dan “Binti Yesus” menurut budaya pembuatan nama keturunan Israel dan bangsa-bangsa sekitarnya.

Keberhasilan kita sebagai umat Tuhan terdapat pada satu nama, Yesus Kristus.

Kolese 3:17 “Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan dan perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.”

Oleh: Bakti Rajawali Ministry | April 6, 2015

PENONTON DAN PEMAIN

“Penonton, sorak-sorainya memang meriah, tetapi hanya para pemainlah yang mendapat hadiah”, statemen atau pernyataan ini sederhana dan sangat tepat bila merujuk pada sebuah gelanggang pertandingan pada umumnya. Para penonton begitu riuh dengan teriakan, tepuk tangan, hentakan kaki, baik yang bertujuan memberi semangat kepada pemain/team yang mereka dukung, merendahkan team lain, ataupun hanya sekedar expressi hati yang terbawa emosi.

Tentu ada kepuasan tersendiri bila team yang mereka dukung menang dalam pertandingan, atau kekecewaan bila terjadi sebaliknya. Namun, penonton tetaplah penonton yang mungkin bisa senang atau kecewa sesaat, tetapi hadiah pertandingan hanya di dapat oleh para pemain.

Para penonton bisa tiba-tiba menjadi “sangat pintar” bahkan jauh “lebih pintar” dibanding para pemain dengan komentar-komentarnya. “Si A itu salah, mestinya tidak main sendiri”, “Si B itu harusnya bermain lebih cantik”, “Si C itu sangat tidak layak menjadi penyerang”, “Seharusnya si D meng-over dulu bolanya jangan langsung menendang”, dan lain-lain adalah contoh komentar-komentar yang biasa terjadi dari mulut para penonton. Namun, penonton tetaplah penonton, bila mereka diuji dengan sebuah kesempatan bermain, hampir pasti, mereka tidak lebih baik bahkan sangat mungkin lebih buruk permainannya.

Seleksi wajib dilakukan untuk mendapatkan para pemain yang handal. Seorang pemain menjadi handal hanya mungkin, bila telah melewati proses pembentukan melalui pembelajaran dan pelatihan. “Bayar harga” adalah wajib untuk sebuah kwalitas. Meskipun begitu, orang handal sekalipun, dimata penonton masih sering “lebih bodoh” dibandingkan penonton itu sendiri. Namun, penonton tetaplah penonton. Yang sampai di puncak keberhasilan tetaplah para pemain yang handal dan teruji.

Untuk misi Tuhan yang mulia, jadilah pemain bukan sebagai penonton.

Oleh: Bakti Rajawali Ministry | Maret 20, 2015

S I B U K

Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia di era postmodern sekarang ini setiap hari terus berpacu dengan berbagai macam kegiatan yang menyibukkan. Bukan saja sibuk dalam urusan pekerjaan dan usaha, namun juga sibuk dalam “bersosialisasi” di dunia maya melalui beberapa media sosial di Internet.

Berbagai macam kegiatan yang menyibukkan tentu tidak ada salahnya bila segala kegiatan itu merupakan kegiatan-kegiatan yang positive yang mungkin dapat meningkatkan pemahaman, pengalaman dan juga pendapatan. Kreativitas yang tinggi dan fasilitas yang memadai dan canggih semakin memperbesar peluang setiap orang melakukan banyak hal dalam kehidupannya.

“Melihat ke depan” adalah sebuah istilah yang sering digunakan untuk menyatakan pentingnya memberi perhatian, memikirkan dan melakukan tindakan-tindakan yang berdampak jauh ke masa yang akan datang. Hal-hal yang mungkin dilakukan adalah terus belajar, mengikuti latihan ketrampilan, bekerja dengan giat, menginvestasikan dana dibidang usaha atau property, menyimpang uang di Bank, dan lain-lain.

Sangat penting juga orang Kristen “Melihat ke depan” dalam urusan iman. Sebab jika tidak demikian, akan terjadi ketidakseimbangan dalam hidup. Urusan iman adalah urusan bagaimana harus hidup dalam kebenaran, memikirkan dan melakukan apa yang dikehendaki Tuhan untuk dikerjakan, sampai waktunya tiba ketika “hari Tuhan” berakhir atas tiap-tiap orang di dunia ini untuk mendapat bagiannya di dalam Tuhan.

Kesibukan orang percaya harus meliputi hal-hal rohani selain hal-hal yang menyangkut jasmani. “Menyatakan/menghadirkan” Kerajaan Allah bagi dunia haruslah menjadi bagian dari kesibukan itu. Bila kesibukan dalam urusan jasmani justru menjadi alasan untuk meninggalkan atau menyepelekan urusan rohani maka kekristenan seperti masih patut dipertanyakan.

Dalam 1 Kor 15:58 ada dikatakan “…giatlah selalu dalam pekerja Tuhan…” Kata “giat” dalam Bahasa Yunaninya bisa berarti “melimpah, meluap, melampaui”, beberapa terjemahan Bahasa Inggris juga berarti “abounding” (berlimpah), ada juga “work without limit” (kerja tanpa batas). Bahkan CEV mengatakan “….keep busy working for the Lord” (tetaplah sibuk berkerja untuk Tuhan).

Sibuklah untuk Tuhan!

Oleh: Bakti Rajawali Ministry | Maret 9, 2015

BERANI DAN TEGAS

kita sangat salut dengan beberapa kepala daerah yang ada di Indonesia yang benar-benar pro kepada rakyat. Program mereka yang pro rakyat dan ketegasan mereka dalam bersikap menjadi angin segar bagi bangsa dan negara ini setelah 30 tahun lebih masa orde baru dan 10 tahun lebih masa transisi dan reformasi yang kebablasan, tidak membuat Indonesia menjadi lebih baik secara signifikan.

Gubernur DKI – Ahok sebagai kepala daerah terbaik menurut survey belakangan ini yang dilakukan oleh Populi Centre, seminggu-an terakhir ini telah menjadi perbincangan hangat di media, parihal “perseteruannya” dengan DPRD DKI mengganai RAPBD. Menurut Ahok, ada permainan yang sudah terjadi dalam penentuan RAPBD versi DPRD karena tidak sesuai dengan rancangan yang disampaikan ke DPRD sebelumnya dengan munculnya daftar jenis barang/kegiatan dan harga yang bombasis. Seperti biasa, Gubernur yang dikenal sangat tegas bahkan cenderung dianggap kasar ini tidak mau kompromi terhadap upaya-upaya korupsi, sehingga ia melaporkan hal ini ke KPK.

Yang menarik dari Ahok adalah dia berani bicara dan tegas. Dia tidak perduli apakah orang/masyarakat, pejabat atau siapapun suka atau tidak, setuju atau tidak, yang penting dia sudah bertindak jujur dan selalu memperjuangkan kepentingan masyarakat dan negara. Baginya tidak ada tempat untuk para Koruptor di pemerintahannya. Hal menarik lainnya pada Ahok ini adalah ketuguhannya menerapkan nilai-nilai kebenaran firman dalam kehidupannya sebagai seorang Kristen.

Hanya saja cara bicaranya yang meledak-ledak dan “to the point” sering dianggap terlalu keras, bahkan dianggap kasar. Walau pun ada juga yang membelanya dengan mengatakan bahwa Indonesia butuh orang seperti dia dalam keadaan moral para pejabat yang sudah terlalu bobrok sekarang ini.

Pelajaran bagi kita adalah hiduplah jujur, berani berbicara dalam kebenaran dan menegakkan prinsip-prinsip firman Tuhan dalam kehidupan. Sebab berani bicara itu bagus, menyatakan yang benar itu adalah tuntutan, asalkan tulus dan murni. Namun penting etika/etiket dalam cara penyampaian supaya tidak justeru menjadi jerat bagi kita dan memperkeruh suasana.

Meskipun begitu, memang ada kalanya bicara tegas dan keras diperlukan, khususnya kepada orang-orang yang tegar-tengkuk. Seperti Tuhan Yesus yang pernah mengecam orang-orang Farisi.

Oleh: Bakti Rajawali Ministry | Maret 9, 2015

IBADAH

“Ibadah” dalam bahasa Ibrani adalah “Avodah” atau “Abodah”, arti harafiahnya adalah bakti, hormat, penghormatan, suatu sikap dan aktivitas yang mengakui dan menghargai seseorang/yang ilahi”. Dalam konteks agama, ibadah adalah ekspresi dan sikap hidup yang penuh bakti, penghormatan dan penyerahan diri kepada Tuhan, yang implikasinya nampak dalam tingkah laku dan aktivitas kehidupan sehari-hari.

Ibadah dalam pengertian yang lebih khusus adalah suatu aktivitas gereja sebagai wujud baktinya kepada Tuhan melalui suatu tatanan ibadah atau liturgy. Dalam sebuah ibadah, terjadi pertemuan dan interaksi yang “luar biasa” antara Tuhan dengan Jemaat. Tuhan bertemu dan berbicara dengan umat melalui pembacaan Alkitab, renungan firman Tuhan dan doa berkat. Jemaat Tuhan meresponi pertemuan dengan Tuhan dengan turut serta/mengambil bagian dalam ibadah baik sebagai petugas ibadah maupun sebagai jemaat melalui nyanyian/pujian kepada Tuhan, doa, pengakuan iman, memberi persembahan, dll.

Liturgy atau tata ibadah adalah wujud nyata dari ibadah yang dalam pengertian yang lebih khusus ini. Memberi salam, doa masuk, bernyanyi, paduan suara, pengakuan iman, pemberian ucapan syukur, pembacaan dan pelayanan Firman Tuhan (homilia), dan lain-lain adalah elemen-elemen sebuah liturgy.

Bila ibadah adalah sikap hidup yang penuh bakti, penghormatan dan penyerahan diri kepada Tuhan yang terwujud dalam sebuah liturgy dan yang didalamnya ada elemen-elemen liturgy, maka seharusnyalah dalam pelaksanaan elemen-elemen itu petugas dan jemaat bersungguh-sungguh menunjukkan bakti, penghormatan dan penyerahan dirinya. Dengan kata lain bahwa pelaksanaannya tidak boleh dianggap remeh atau asal-asalan, melainkan dilakukan dengan maksimal atau dengan yang terbaik.

Mungkin ada saja orang yang ingin tampil sebagai petugas pelayanan; baik itu WL, Singers, Pengkotbah, dll, namun tidak mau mempersiapkan/membekali dan meningkat kwalitas diri. Tentu itu sudah keluar dari hakekat ibadah itu sendiri. Sedangkan sebagai jemaat pun dituntut untuk mempersembahkan yang terbaik melalui pujian, doa, dan pemberian. Jadi bukan hanya petugas yang harus selalu meningkatkan diri dan memberi kwalitas terbaik tetapi juga jemaat. (LH 9 Mar 2015)

Oleh: Bakti Rajawali Ministry | Maret 6, 2015

DUA PERUMPAMAAN BAGI IMAM-IMAM DAN ORANG FARISI

Nats : Matius 21:45-46 (Ref. Mat.21:28-44)
Oleh : Gr. L.Hutabalian, M.Th

Ada dua perumpamaan yang disampaikan Tuhan Yesus yang membuat imam-imam dan orang-orang Farisi marah dan berusaha menangkap Yesus:
1) Perumpamaan tentang dua orang anak (Mat. 21:28-32),
2) Perumpamaan tentang pengarap-penggarap anggur (Mat.21:32-44)

Pada perumpamaan yang pertama diceritakan tentang dua orang anak laki-laki yang disuruh oleh Ayahnya bekerja di kebun anggur. Si anak sulung berkata”Baik, bapa”. Tetapi ia tidak pergi. Sedangkan anaknya yang kedua menjawab “aku tidak mau” tetapi kemudian ia menyesal lalu pergi juga ke kebun untuk bekerja. Dari tanya jawab yang terjadi antara Tuhan Yesus dengan orang ramai disimpulkan bahwa anak kedualah yang melakukan kehendak ayahnya.

Sampai disini, imam-imam dan orang Farisi tidak ada masalah. Masalah kemudian terjadi ketika terjadi “pembandingan” antara mereka (imam-imam dan orang Farisi) dengan pemungut-pemungut cukai dan orang-orang sundal. Adalah menyakitakan bagi mereka, ketika dikatakan bahwa pemungut-pemungut cukai dan orang-orang sundal akan mendahului mereka masuk ke dalam kerajaan Allah. Jelas mereka sangat terhina dengan perkataan ini, sebab sudah menjadi pandangan umum bahwa imam-imam dan orang-orang Farisi dianggap orang-orang terhormat dan suci, sedangkan pemungut-pemungut cukai dan orang-orang sundal adalah orang yang dianggap berdosa, kotor dan hina.

Status orang terhormat dan suci yang dilekatkan kepada posisi/kedudukan mereka telah menggelapkan mata mereka sehingga mereka tidak lagi memperdulikan essensi pesan Yesus dalam perumpamaan ini yaitu perlunya mereka “percaya” dan “menyesal (bertobat)” (Mat. 21:32). Penyesalan itu akan diikuti dengan ketaatan melakukan kehendak Bapa (Mat.21:30-31).

Pada perumpamaan yang kedua diceritakan tentang seorang tuan tanah yang membuka kebun anggur, memagarinya, menggali lobang pemerasan, mendirikan menara jaga lalu menyewakan kebun itu kepada penggarap-penggarap. Namun ketika hampir tiba musim petik, tuan tanah tersebut menyuruh hamba-hambanya namun penggarap-penggarap ini mengusir dan membunuh mereka. Kemudian dia juga menyuruh hamba-hamba yang lain, mereka diperlakukan sama. Sampai kemudian tuan tanah ini mengutus anaknya, yang menurutnya mungkin disegani oleh penggarap-pengarap itu, tetapi ternyata anaknya itu juga dibunuh.

Mengapa imam-iman dan orang-orang Farisi marah atas perumpamaan ini?
1. Karena mereka disamakan dengan penggarap-penggarap tersebut yaitu orang-orang yang mengambil apa yang bukan haknya. Dalam hal ini mereka sama dengan perampas atau perampok dan pembunuh.
2. Mereka akan tersingkir dari mendapat bagian dalam kerajaan Allah, bahkan mereka akan dibinasakan.
3. Mereka dianggap tidak menghasilkan apa-apa bagi kerajaan Allah.

Pertanyaan yang tidak kalah penting dipertanyakan disini adalah mengapa imam-iman dan orang Farisi itu menarik perumpamaan itu kepada diri mereka? Tidak ada alasan lain adalah karena sesungguhnya demikianlah mereka adanya. Hati kecil mereka menyadari kebenaran yang disampaikan oleh Yesus melalui perumpamaan ini, namun mereka menolak untuk mengakuinya dan bertobat. Mereka termasuk orang-orang yang munafik yang bersikap seolah-olah taat dan suci, tetapi sesungguhnya tidak.

Dari dua perumpamaan ini yang dapat kita petik adalah:
1) Rendahkanlah dirimu, percayalah pada perkataan Tuhan dan lakukan kehendak-Nya,
2) Jangan serakah dan mengambil yang bukan bagianmu. Ambillah bagianmu dan berikan yang menjadi bagian si Tuan Tanah. Keserakahan akan membawa engkau kepada banyak kejahatan. Sadarilah bahwa Tuhanlah yang mempunyai ladang dan engkau sebagai pengusahanya. Supaya engkau tidak dibinasakan seperti penggarap-penggarap itu.

(Rangkuman kotbah Minggu, 1 Maret 2015)

Oleh: Bakti Rajawali Ministry | Februari 21, 2015

Berbicaralah, hamba-Mu ini mendengar (Inspirasi Perkataan Samuel)

Nats : 1 Samuel 3:10-13

Dalam pengawasan imam Eli, Samuel kecil telah menjadi dewasa dan segera dipakai Tuhan di masa tua imam Eli. Pengalaman rohani yang tidak biasa dialaminya sebelum dia dipakai oleh Tuhan menjadi nabi bagi umat Tuhan. Dia mendengar suara yang memanggilnya yang dikiranya imam Eli. Sampai tiga kali dia menghadap imam Eli dan untuk ketiga kalinya pula imam itu berkata bahwa ia tidak memanggil Samuel. Namun imam itu kemudian mengerti bahwa Tuhanlah yang memanggil Samuel, sehingga dia mengajari Samuel apa yang harus dikatakannya bila panggilan itu datang lagi.

“Berbicaralah, hamba-Mu ini mendengar”, inilah perkataan Samuel di panggilan yang ke empat kalinya. Kemudian Tuhan berbicara dan menyampaikan bahwa Dia akan melakukan sesuatu yang luar biasa atas Israel dan juga atas keluarga Eli.
Jawaban Samuel kepada Tuhan ini telah menjadi inspirasi kepada hamba Tuhan pendahulu Gereja Pentakosta Indonesia, sehingga kalimat itu dijadikan menjadi bagian dari liturgi ibadah sebagai doa masuk sebelum doa penyerahan, dengan kalimat lengkapnya “Berfirmanlah kepadaku ya Tuhan, sebab aku mendengar-Mu. Nyatakanlah kepadaku jalan untuk memuliakan nama-Mu. Penuhilah jiwaku dengan kasih karunia-Mu”

Tentu harus dipahami bahwa doa masuk ini bukan hanya sekedar ucapan kosong belaka sebagai bagian dari liturgy, tetapi sebagai pernyataan iman bahwa kita; ketika datang ke persekutuan ibadah, dimana disana pujian/penyembahan dan penyampaian firman Tuhan – berarti kita sudah benar-benar siap mendengar Firman Tuhan, supaya dengannya kita diajari untuk mengerti kehendak Allah, memuliakan Dia dan hidup dalam pengharapan akan kasih karunia-Nya.

Tuhan berbicara kepada hamba-hambaNya untuk menyatakan diri dan maksud-Nya atas umat-umatnya. Demikian juga ketika Tuhan berbicara kepada Samuel, Dia mau menyampaikan maksudnya atas Israel dan keluarga imam Eli.

Alkitab sebagai firman yang tertulis adalah pernyataan diri dan maksud-Nya atas kita. Baik yang kita baca dan renungkan maupun yang disampaikan oleh hamba-hamba Tuhan adalah bermanfaat untuk mengajar, menegur dan mendidik kita supaya kita mengenal Allah, mengerti kehendak-Nya dan mengetahui apa yang menjadi bagian kita di dalam Dia.

2 Timotius 3:16-17 “segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran”. Mengajar artinya memberi pelajaran supaya orang yang diajar memperoleh pengetahuan. Demikianlah firman Tuhan memberi pengetahuan kepada kita tentang Tuhan, maksud dan karya-Nya. Dengan terus mempelajari firman Tuhan kita akan semakin terdidik untuk tetap berjalan dalam koridor kebenaran Tuhan dan kita akan semakin elergi dengan perbuatan dosa.

Karena firman yang tertulis mewakili Allah, maka membaca dan merenungkan firman Tuhan akan memiliki kenikmatan tersendiri. Sebab Allah menyatakan diri-Nya disitu.

Yeremia 15:16 “Apabila aku bertemu dengan perkataan-perkataanMu, maka aku menikmatnya; firman-Mu itu menjadi kegirangan bagiku, dan menjadi kesukaan hatiku, sebab nama-Mu telah diserukan atasku, ya TUHAN, Allah semesta alam.”

 

Oleh: Bakti Rajawali Ministry | Februari 20, 2015

Iman (by Paulus) dan Perbuatan (by Yakobus)

Yakobus mengatakan “iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati” (Yak. 2). Di bagian lain Alkitab juga dikatakan bahwa “iblis pun juga percaya” tetapi membangkang kepada Tuhan. Iblis tahu Yesus itu Tuhan dan ia pun percaya Tuhan itu berkuasa, namun dia sudah memilih membangkang kepada Tuhan. Matius 7:21 pun berkata “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.”

Berangkat dari ayat-ayat diatas, maka berarti iman tidak bisa dilepaskan dari perbuatan. Namun apakah perbuatan menjadi dasar bagi Tuhan untuk menyelamatkan dan memberkati manusia? Rasul Paulus mengatakan tidak. Imanlah yang menyelamatkan bukan karena melakukan hukum Taurat dan bukan pula karena usaha kita. ( Roma 3:28, Ef.2:8-9)

Apakah kontradiktif? Kalau kita perhatikan sebenarnya Yakobus tidak mengatakan bahwa keselamatan atau pembenaran adalah oleh iman ditambah perbuatan, namun mengatakan bahwa seseorang yang sudah betul-betul dibenarkan melalui iman pasti akan menghasilkan perbuatan baik dalam hidupnya. Yakobus menekankan bahwa iman yang sejati kepada Kristus akan menghasilkan perubahan hidup dan perbuatan-perbuatan baik (Yakobus 2:20-26). Jika seseorang mengaku sebagai orang percaya, namun tidak menyatakan perbuatan baik dalam hidupnya, maka kemungkinan dia tidak memiliki iman yang sejati kepada Kristus (Yakobus 2:14,17,20,26).

Paulus mengatakan hal yang sama di banyak tulisannya. Buah-buah (perbuatan) yang baik yang seharusnya dimiliki oleh orang-orang percaya. (Galatia 5:22-23.) Segera sesudah memberitahukan bahwa kita diselamatkan melalui iman dan bukan oleh perbuatan (Efesus 2:8), Paulus memberitahu kita bahwa kita diciptakan untuk melakukan perbuatan baik (Efesus 2:10).

Sama seperti Yakobus, Paulus juga mengharapkan perubahan hidup. “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” (2 Korintus 5:17) Yakobus dan Paulus bukan berbeda pendapat dalam pengajaran mereka mengenai keselamatan. Mereka mendekati topik yang sama dari perspektif yang berbeda.

Oleh: Bakti Rajawali Ministry | Februari 17, 2015

B A N J I R

Mendengar kata “banjir” biasanya yang terpikir oleh kita adalah adanya luapan air dari aliran air (sungai, tali air, paret, dsb) yang melimpah dan menjangkau tempat yang lebih tinggi dari biasanya. Banjir bisa terjadi oleh karena adanya sumbatan di aliran air (drainase), curah hujan yang sangat tinggi atau karena banyaknya air kiriman dari hulu sehingga mengakibatkan banjir di hilir. Rasanya tidak seorang manusia pun yang mengharapkan terjadi banjir di lingkungan atau daerahnya, sebab banjir akan selalu menimbulkan kerugian.

System drainese yang buruk di perkotaan, ditambah lagi miskinnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan; ke parit, got atau sungai , memiliki andil terjadinya banjir. Bila banjir sudah melanda, tidak sedikit orang selalu mempertanyakan peran pemerintah dalam mencegah dan mengatasi banjir. Namun sebagai warga negara yang baik, peran masyarakat harus juga ditingkatkan, bukan saja tidak membuang sampah sembarangan tetapi juga mengingatkan dan menasehati warga lain yang “tertangkap” belum disiplin dalam hal menangani sampahnya.

Namun ada juga banjir yang menguntungkan, tetapi bukan dalam maksud seperti ditas diatas walau dalam pengertian yang sama yaitu meluap atau melimpah atau melebihi dari biasa. Dalam hal ini banjir juga dikonotasikan positif, seperti: Banjir Hadiah, Banjir Pengunjung, Banjir Orderan, Banjir Ucapan Selamat, Banjir Berkat, dll.

Bila banjir berarti melimpah, maka sebagai pengikut Kristus, sudah sepatutnya kita banjir ucapan syukur (Kol.2:7), banjir kebajikan (2 Kor 9:8) dan banjir kebahagiaan (Yes.48:18) dan banjir sukacita (Maz.16:11). Sebab hidup yang diinginkan Tuhan bagi kita adalah hidup yang berkelimpahan (Yoh.10:10).

Oleh: Bakti Rajawali Ministry | Februari 13, 2015

FIRST IMPORTANCE

Nats: I Korintus 15:1-4

Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus khususnya Pasal 15 adalah untuk mengingatkan jemaat Korintus sekaligus menegaskan bahwa kebangkitan Kristus adalah benar adanya dan bisa dibuktikan lewat saksi-saksi. Namun timbul pertanyaan; mengapa Paulus perlu mengingatkan ini kepada jemaat di Korintus, bahkan dengan tegas dan gamblang, sedangkan di ayat pertama dikatakan: “…Injil yang aku beritakan kepadamu dan yang kamu TERIMA, dan di dalamnya kamu TEGUH berdiri”? Bukankah orang yang sudah teguh didalam Injil seharusnya tidak perlu lagi diingatkan setegas dan sejalas ini?

Ternyata setelah di bandingkan dengan terjemahan bahasa Inggris ditemukan bahwa kata “terima” menggunakan kata “Believed” dan “teguh” menggunakan “Trusted”. Kata “believed” berarti “percaya”. Ketika seseorang percaya atau menyatakan imannya maka dia menerima apa yang dipercaya itu. Percaya Yesus berarti menerima Yesus. Maka kata “terima” dalam Alkitab terjemahan bahasa Indonesia tidak salah. Kata “Trusted” berarti “beriman, yakin/teguh pada kebenaran yang dipercayai (yang nyata dari sikap hidupnya). Maka kata “teguh” dalam Alkitab terjemahan bahasa Indonesia adalah nyambung.

Mari kita coba lihat grammernya, ternyata di Alkitab terjemahan bahasa Inggris kedua kata yang kita garis bawahi menggunakan kata dalam bentuk PAST TENSE. Past Tense artinya sudah lampau. Disinilah terjadi pencerahan, yang tidak kita temukan dalam terjemahan bahasa Indonesia. Artinya bahwa DULU jemaat Korintus itu “percaya (menerima)” Injil dan “Teguh” di dalamnya, namun SEKARANG tidak lagi, oleh karena itu rasul Paulus perlu mengingatkan, menjelaskan kembali secara gamblang dan tegas.

Sadar atau tidak, orang Kristen pun sering melupakan ajaran dan nasehat Tuhan, entah karena ajaran dunia ini atau karena pergumulan hidup. Maka kita bersyukur bila Tuhan masih berikan waktu bagi kita untuk beribadah, belajar dan merengungkan firnan Tuhan, sebab disana kita bukan saja diajari dan dinasehati tetapi juga di ingatkan.
Kalimat “sangat penting” di ayat 3, bahasa aslinya menggunakan “Protos” (dari Sabda.org) berarti: pertama, yang pertama, yang terpenting, terdahulu, terkemuka, sangat penting. Kata ini diterjemahkan sebagai “sangat penting” di Alkitab Terjemahan Baru hanya 1 kali yaitu di ayat 3 ini saja. Sedangkan dibagian lain Alkitab ini lebih banyak diterjemahkan “pertama”, “yang pertama”, “terkemuka” dll.

Beberapa Alkitab terjemahan bahasa Inggris juga menggunakan kalimat “first of all – pertama diatas semuanya” (KJV) dan “first importance – pertama/paling penting” (NET). Dalam hal ini, meski kata “sangat penting” bisa diterima, namun “the first importance” memiliki arti yang lebih dalam. “Sangat Penting” memang adalah penting, tetapi belum tentu yang pertama/paling penting. Sedangkan “first importance” (yang pertama/paling penting) berarti tidak ada lagi yang lebih penting diatasnya.

Lalu apa yang pertama/paling penting itu? Yaitu, bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, bahwa Ia telah dikuburkan dan bahwa Ia telah dibangkitkan (Ayat 3-4)

Mengapa ini dikatakan pertama/paling penting? Karena berita tentang Kristus; kematian, kebangkitan, tentu juga kelahiran dan kenaikannnya adalah DASAR dari iman Kristen. Agama (yang disebut) Kristen atau teologi Kristen APA PUN tanpa KRISTUS adalah NOL. Sedangkan kematian dan kebangkitan Kristus seperti yang disoroti dalam ayat-ayat ini adalah dasar pengharapan akan kebangkitan orang-orang percaya kelak setelah melalui kematian fisik.

TIDAK ADA yang lebih penting selain INJIL yang adalah KABAR BAIK dimana Kristus mati bagi manusia KETIKA mereka masih BERDOSA (Roma 5:8). Dan inilah bagian kita yang percaya.

Oleh: Bakti Rajawali Ministry | Februari 13, 2015

VALENTINE

Orang banyak bilang hari Valentine yang jatuh pada tanggal 14 Februari itu adalah hari Kasih Sayang. Konon itu bermula dari kisah seorang pendeta yang hidup di Roma pada abad ke-III bernama Valentine. Ia hidup di kerajaan yang dipimpin oleh Kaisar Claudius yang terkenal kejam. Claudius berambisi memiliki pasukan militer yang besar, ia ingin semua pria di kerajaannya bergabung di dalamnya.

Karena para pria enggan terlibat dalam peperangan dengan alasan tak ingin meninggalkan keluarga dan kekasih hatinya. Hal ini membuat Claudius marah. Dia kemudian membuat ide gila dengan melarang adanya pernikahan. Dengan ini dia berharap akan mendapat para pria akan bergabung dengan pasukan militernya. Banyak orang menganggap keputusan ini tidak masuk akal. Maka St. Valentine juga menolak perintah kaisar ini dan tetap melaksanakan tugasnya sebagai pendeta untuk menikahkan para pasangan yang ingin menikah walau secara sembunyi-sembunyi.

Suatu ketika tindakan St. Valentine ini ketahuan, lalu ia dipenjara sebelum akhirnya dihukum mati dengan cara lehernya di penggal. Banyak orang justru memberi simpati dan dukungan kepada St. Valentine baik ketika dipenjara maupun setelah dihukum. Dan suatu ketika tepat tanggal 14 Februari saat masih dipenjara, St. Valentine menyempatkan diri menuliskan sebuah pesan untuk gadis putri sipir penjara. Ia menuliskan “Dengan Cinta dari Valentinemu.” Pesan itulah yang kemudian mengubah keadaan. Hari ini dijadikan sebagai hari kasih sayang sampai mendunia.

Namun kisah diatas merupakan salah satu versi diantara beberapa versi yang ada tentang asal-usul hari Valentine. Sekarang ini, hari Valentine dirayakan dimana-mana dengan bermacam bentuk perayaan, baik antara pasangan suami-isteri, yang sedang maupun yang ingin berpacaran, antara keluarga dan antara teman/sahabat. Di gereja khususnya dilingkup muda-mudi juga sudah banyak merayakan hari Valentine, meskipun ada juga yang kontra.

Terlepas dari kebenaran atas asal-usul dan pro-kontra benar-tidaknya perayaan Valentine Day dirayakan oleh anak-anak Tuhan, yang tidak boleh kita lupa adalah bahwa kasih Kristus bagi kita tidak mengenal hari. Tuhan mengasihi kita dengan kasih yang kekal. (Yer.13:3)

Oleh: Bakti Rajawali Ministry | Februari 13, 2015

Pengusik Yang Tewas

Sudah lebih seminggu ini dia mengusik rumah tangga kami. Siapa yang mau terima bila keluarganya diusik? Ada saja tingkah lakunya yang membuat istriku kesel. Aku tidak tahu apa sebenarnya maunya. Beberapa cara sudah aku lakukan untuk mengatasi hal ini. Tetapi sejauh ini terus gagal.

Dan tadi malam, ketika aku dan istri sudah dalam pembaringan, dia datang lagi. Suaranya mengusik tidurku. Aku sudah tidak sabar lagi. Ketemui dia dengan rasa kesel dan ternyata dia tidak sendiri. Ada satu lagi yang bersama dengan dia. Kekesalanku yang sudah memuncak mendorong aku mengambil sebilah pisau. Melihat aku datang dengan pisau, mereka ketakutan dan berlari berpencar. Temannya sangat cepat berlari sedangkan dia mencoba bersembunyi.

Aku tahu dia bersembunyi dimana. Tak menunggu lama kutusukkan pisau kearahnya. Dan darahnya pun mulai menetes. Merasa terancam, dia pun berlari sebisanya, tetapi terus ku kejar. Sembari ku raih sebatang kayu yang panjang, ku kejar sambil ku pukul punggungnya. Dia mulai lemas tapi masih terus berusaha berlari. Aku pun tak menyerah. Aku kejar dia dan pukul berkali-kali di punggung dan kepalanya sampai ia akhirnya terkapar tak berdaya.

Ya.. tikus besar itu akhirnya tewas ditanganku.

Oleh: Bakti Rajawali Ministry | Februari 13, 2015

Kis Mi

Seorang manager (orang asing) tiba-tiba mendatangi sekretarisnya (Indonesia) dengan agak tergopoh-gopoh. Wajahnya tampak menyimpan seribu tanda tanya dan keheranan. Ini terjadi ketika seorang Janitor (Cleaning Service) masuk ke kantornya untuk melakukan aktivitasnya sebagai Janitor.

Sang Manager berkata kepada sekretarisnya (diterjemahkan),

Manager : “Nanny, saya sangat takut”

Nanny : “Mengapa kamu takut”

Manager : “Janitor itu bilang ‘cium saya, pak’”

Nanny : “Hah..? Serius?”

Manager : “Ya, benar”

Lalu Nanny pun pergi menjumpai Janitor tersebut.

Nanny : “Joko, kamu bilang apa tadi sama manager waktu masuk?” (dengan nada agak meninggi)

Joko (agak takut) : “Eee….. saya bilang ‘Kis mi’ mba”

Nanny : “maksudmu apa?”

Joko : “Itu loh mba, saya mau permisi gitu, mau masuk ke ruangan pak boss”

Nanny : “oh…… maksudmu ‘excuse me’….. oalah…….”

(Kesamaan nama dan kejadian adalah kebetulan belaka)

Oleh: Bakti Rajawali Ministry | Februari 5, 2015

SLING

Di dunia angkat-mengangkat beban (Lifting/Rigger), seperti yang banyak terdapat di bidang cargo, konstruksi, dll, dikenal berbagai macam tali yang digunakan untuk mengikat dan mengangkat beban yang sangat berat. Model, ukuran dan materialnya bermacam-macam yang penggunaannya akan disesuaikan dengan beban yang akan di ikat dan di angkat.

Salah satu jenis tali yang digunakan adalah Sling. Sling ini juga bermacam-macam ukuran diameter sesuai dengan peruntukannya. Alat berat seperti Crane yang biasa digunakan untuk mengangkat beban ribuan ton sekaligus juga menggunakan tali sling ini. Kalau kita melihat ukuran diameter dari tali sling, bagi orang awam sepertinya tidak masuk akal. Tali dengan diameter kecil bisa mengangkat beban yang sangat besar (berat). Sling dengan diameter 8mm saja memiliki tingkat kekuatan angkat sampai 3000-an kg.

Mengapa tali yang satu ini bisa sehebat itu? Jawabannya, karena sling terbuat dari baja yang berkualitas tinggi. Oleh karena itu kita tidak bisa menganggap remeh tali sling yang ukuran diameternya lebih kecil bila dibandingkan tali lain (nylon misalnya) yang berukuran jauh lebih besar, karena kekuatannya tergantung jenis dan kualitas bahannya.

Pernahkah anda mendengar perkataan seperti ini: “percuma orangnya banyak tapi entah apa saja yang dikerjakan” atau “percuma badannya besar tapi tak berguna” atau “namanya saja yang hebat tapi produknya tak berkualitas” atau perkataan lain semacam itu? Perkataan seperti ini muncul karena hasil atau dampak yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang patut seperti diharapkan. Kualitas menjadi penentu untuk mendapatkan hasil atau dampak yang luar biasa.

Kemampuan seseorang untuk menanggung beban dalam kehidupan akan sangat tergantung dengan “kualitas” imannya. Hidup yang berdampak luar biasa akan dihasilkan oleh orang-orang dengan “material/bahan” hati yang berkualitas yaitu hati yang telah dibaharui. Mereka adalah orang-orang percaya. Sebab orang percaya akan berkata “hidupku bukannya aku lagi, tapi Yesus dalamku” (LH)

Oleh: Bakti Rajawali Ministry | Januari 30, 2015

MENANTI DENGAN IMAN SEJATI

Wahyu 22:12

Salah satu janji Tuhan kepada umat-Nya adalah bahwa kelak Dia akan datang kembali untuk menjemput orang yang percaya kepada-Nya dan membawanya ke tempat yang disediakan oleh Tuhan yaitu Surga. Surga, dimana kehidupan yang kekal berlangsung menjadi dambaan orang-orang yang percaya. Setiap kita yang datang beribadah kepada Tuhan tentu didasari atas iman kita kepada Tuhan dan janji-Nya.

Tuhan akan datang segera, demikian firman Tuhan. Dan Dia pasti akan datang, walau waktu yang tepat tidak pernah disebutkan. Tetapi pasti Dia akan datang. Yang menjadi pertanyaan bagi umat Tuhan adalah “apa yang menjadi persiapan umat-umat Tuhan?’ Cukupkan dengan kata percaya seperti yang disampaikan diatas.

Yakobus mengatakan “iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati” (Yak. 2). Di bagian lain Alkitab juga dikatakan bahwa “iblis pun juga percaya” tetapi membangkang kepada Tuhan. Iblis tahu Yesus itu Tuhan dan ia pun percaya Tuhan itu berkuasa, namun dia sudah memilih tidak taat kepada firman Tuhan. Matius 7:21 pun berkata “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.”

Berangkat dari ayat-ayat diatas, maka berarti iman tidak bisa dilepaskan dari perbuatan. Namun apakah perbuatan menjadi dasar bagi Tuhan untuk menyelamatkan dan memberkati manusia? Rasul Paulus mengatakan tidak. Imanlah yang menyelamatkan bukan karena melakukan hukum Taurat dan bukan pula karena usaha kita. ( Roma 3:28, Ef.2:8-9)

Apakah kontradiktif? Kalau kita perhatikan sebenarnya Yakobus tidak mengatakan bahwa keselamatan atau pembenaran adalah oleh iman ditambah perbuatan, namun mengatakan bahwa seseorang yang sudah betul-betul dibenarkan melalui iman pasti akan menghasilkan perbuatan baik dalam hidupnya. Yakobus menekankan bahwa iman yang sejati kepada Kristus akan menghasilkan perubahan hidup dan perbuatan-perbuatan baik (Yakobus 2:20-26). Jika seseorang mengaku sebagai orang percaya, namun tidak menyatakan perbuatan baik dalam hidupnya, maka kemungkinan dia tidak memiliki iman yang sejati kepada Kristus (Yakobus 2:14,17,20,26).

Paulus mengatakan hal yang sama di banyak tulisannya. Buah-buah (perbuatan) yang baik yang seharusnya dimiliki oleh orang-orang percaya. (Galatia 5:22-23.) Segera sesudah memberitahukan bahwa kita diselamatkan melalui iman dan bukan oleh perbuatan (Efesus 2:8), Paulus memberitahu kita bahwa kita diciptakan untuk melakukan perbuatan baik (Efesus 2:10).

Sama seperti Yakobus, Paulus juga mengharapkan perubahan hidup. “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” (2 Korintus 5:17) Yakobus dan Paulus bukan berbeda pendapat dalam pengajaran mereka mengenai keselamatan. Mereka mendekati topik yang sama dari perspektif yang berbeda. Paulus menekankan bahwa pembenaran adalah hanya oleh iman, sementara Yakobus menekankan bahwa iman dalam Kristus menghasilkan perbuatan-perbuatan baik.

Maka dalam menanti kedatangan Tuhan, yang harus kita miliki adalah iman yang sejati kepada Tuhan.

Oleh: Bakti Rajawali Ministry | Januari 27, 2015

JADILAH KRISTEN KTP!

Shalom,

Mungkin anjuran di judul “Jadilah Kristen KTP” kelihatan tidak wajar. Sebab apa yang umum diketahui atau dimengeri tentang Kristen KTP adalah tentang orang-orang yang mengaku dan tercatat sebagai orang Kristen di KTPnya namun dalam keseharian hidupnya tidak tercermin sebagai orang Kristen. Selain sikap dan perilaku yang tidak baik, biasanya dan utamanya “tidak beribadah” atau “sangat jarang beribadah” menjadi dasar seseorang disebut Kristen KTP.

Namun disini saya ingin mengajak anda melihat dari sisi yang berbeda tentang Kristen KTP yaitu tentang kejelasan identitas. Kita tahu bahwa KTP merupakan kartu identitas seseorang, disana tertulis: Nama, Alamat, Tanggal Lahir, Status Perkawinan, Agama, dan lain-lain. KTP menjelaskan siapa kita; nama jelas, alama jelas, status jelas, agama jelas, dll.

Bila seseorang memiliki alamat yang jelas artinya dia tinggal disana. Di rumah itu dia berlindung, makan-minum, tidur dan membangun hidupnya. Bila dia keluar untuk bekerja atau keperluan lain, sudah pasti dia akan kembali ke alamat atau rumah tersebut. Bila ada orang lain yang mau mencari dia, maka orang itu harus pergi ke alamat yang dimaksud. Inilah sebuah kejelasan.

Menjadi seorang Kristen hendaknya kita menjadi orang-orang Kristen yang jelas. Seperti jelasnya agama kita dicatat di KTP sebagai Kristen maka hidup kita pun haruslah jelas mencerminkan kehidupan sebagai pengikut Kristus. Selain rajin beribadah, juga hidup dalam iman, kasih dan kebajikan. Jadilah Kristen KTP.

Haleluya.

Oleh: Bakti Rajawali Ministry | Januari 23, 2015

THE TEARS

Shalom,

Seorang penginjil besar abad 20, Billy Graham pernah berkata ““Tears shed for self are tears of weakness, but tears shed for others are a sign of strength.” (Air mata yang tumpah untuk diri sendiri adalah air mata kelemahan, namun air mata yang tumpah untuk orang lain adalah tanda kekuatan). Umumnya manusia akan merasa sedih, pilu bahkan menangis ketika ada pergumulan yang menyangkut perihal diri atau kepentingannya. Sedangkan bila menyangkut pergumulan orang lain, umumnya manusia tidak terlalu perduli.

Bila seseorang menumpahkan air mata (menangis) untuk dirinya sendiri, itu pertanda bahwa dia belum bisa menguasai hati dan pikirannya dari perasaan “patut dikasihani”. Perasaan itu akan diikuti oleh harapan agar orang-orang lain memperhatikan, berbuat atau bertindak untuknya. Dan bila harapan itu tidak terwujud, seseorang itu mungkin akan menyalahkan orang-orang disekitarnya bahkan mungkin akan menyalahkan Tuhan atas pergumulan yang dia alami.

Seseorang yang menumpahkan air mata untuk orang lain tentu karena memiliki empati yang kuat, yang timbul dari hati yang mengasihi. Seseorang yang menempatkan perasaannya seperti perasaan orang lain yang sedang bergumul. Hati yang mengasihi akan berusaha melakukan sesuatu. Meski hanya dapat melakukan tindakan kecil, itu akan dilakukannya. Tindakan yang sifatnya pengorbanan diri. Mengapa seseorang yang menumpahkan air mata untuk orang lain adalah pertanda kekuatan? Sebab dia sudah dapat mengatasi pikiran dan perasaannya dan berpindah dari merasa “patut dikasihani” menjadi “patut mengasihani”.

Hidup kita terus berproses. Pergumulan akan tetap ada. Sikap kita menghadapi pergumulan dipengaruhi oleh kedekatan kita dengan Tuhan. Maka membangun hubungan yang semakin intim dengan Tuhan adalah kebutuhan. Dan sarananya adalah doa, ibadah, merenungkan firman Tuhan dan melakukannya. Dan akhirnya kita dapat menumpahkan air mata untuk orang lain.

Oleh: Bakti Rajawali Ministry | Januari 18, 2015

MEMBERI DARI HATI

Nats : Maz.50:1-23

Ayat-ayat diatas terdiri dari 3 bagian yang dapat kita pelajari dan renungkan melalui mazmur Asaf, yaitu:

1) Ayat 1-6 tentang kedahsyatan Tuhan yang mengikat janji dengan umat-Nya dan akan meminta pertanggungjawaban.

Sion merupakan sebuah bukit sekaligus menjadi symbol Yerusalem yaitu Pusat Kerajaan Damai. Dari sana Tuhan mencurahkan berkat-Nya dan dari sana pula Ia akan meminta pertanggungjawaban dari umat-umat-Nya. Tuhan dalam kedahsyatan-Nya tidak dapat dihalangi oleh apa pun. Dimana Tuhan hadir, maka kedahsyatan-Nya tentu juga hadir, sebab itu adalah hakekat-Nya. Bila Tuhan sudah membuka tidak akan ada yang sanggup menutup dan bila Tuhan sudah menutup tidak ada yang sanggup membuka. Dia adil dalam bertindak dan keadilan-Nya tidak terbantahkan oleh siapapun.

2) Ayat 7-15 tentang teguran dan nasehat Tuhan kepada umat-Nya tentang memberi persembahan.

Jelas sekali Tuhan mengatakan bahwa Ia tidak membutuhkan lembu, sapi dan lain-lain untuk dia makan. Dia bukan manusia yang butuh makan dan minum. Dialah yang empunya segala ciptaan. Oleh karena itu ketika Tuhan mengikat janji kepada Abraham, Ishak, Yakub lalu kepada Musa atas nama umat Israel tentang persembahan yang akan dipersembahkan sebagai korban kepada Tuhan, hal itu adalah jalan bagi Tuhan untuk memberkati umat-umatNya dan sebagai wujud penghormatan umat-Nya itu kepada Tuhan.

Dari ayat-ayat diatas kita ketahui bahwa umat Tuhan masih melakukan korban persembahan kepada Tuhan. Namun persembahan mereka tidak lagi di dasari dari hati yang bersyukur. Persembahan mereka bukan dari hati tetapi hanya memenuhi ritual keagamaan semata. Apapun yang kita persembahkan baik itu materi dalam bentuk perpuluhan, ucapan syukur atau kolekte, juga waktu, tenaga, dll kalau itu tidak berasal dari hati yang bersyukur maka tidak bernilai di mata Tuhan.

Di gereja ini kita diajar dan belajar memberi dengan hati sesuai iman kita masing-masing. Tidak ada paksaan dan tidak ada patokan-patokan. Semua harus berangkat dari hati yang bersyukur kepada Tuhan. Gereja juga belajar untuk tidak membeda-bedakan pelayanan kepada jemaat, antara yang memberi perpuluhan dengan yang memberi ucapan syukur, antara yang memberi nominalnya besar dengan yang nominalnya kecil. Sebab urusan gereja dalam hal ini Hamba Tuhan dan para pelayan adalah melayani Tuhan melalui jemaat, dalam hal memberi persembahan adalah urusan jemaat dengan Tuhan. Tuhan menasehati umat-Nya supaya mempersembahkan syukur sebagai korban, dan Tuhan akan meluputkan mereka dari kesesakan. Iman yang besar menghasilkan pekerjaan besar.

3) Ayat 16-23, Teguran dan nasehat kepada orang Fasik.

Perkataan Allah kepada orang Fasik juga merupakan teguran dan nasehat, tetapi yang berbeda adalah disertai ancaman. Mengapa? Karena orang fasik adalah orang degil hatinya. Mereka, walau tahu yang baik dan benar tetapi mereka tidak mengindahkannya. Orang fasik sangat susah untuk ditegur dan dinasehati. Jangankan memberi dari hati, memberi dalam konteks menjalankan ritual pun tidak. Maka orang-orang seperti tidak layak menyebut/mengingat, disertai harapan yang baik dari ketetapan dan perjanjian Tuhan. Namun Tuhan juga menasehati mereka supaya mereka memperhatikan perkataan Tuhan dan mempersembahkan syukur sebagai korban. Maka Tuhan akan menunjukkan jalan keselamatan bagi mereka.

Oleh: Bakti Rajawali Ministry | Januari 18, 2015

DAMPAK PENGENALAN AKAN KRISTUS

Nats : Filipi 3:7-11

Anggapan atau perspektif bisa berubah seiring bertambahnya pengalaman, pemahaman dan pengamalan akan sesuatu, terlebih bila ada penyataan diri Allah secara khusus dalam perjalanan hidup seseorang. Seperti Paulus, setelah bertemu dengan Tuhan Yesus, pertemuan itu menjadi titik awal perubahan hidupnya yang dahulu berusaha untuk membunuh pengikut Kristus dan orang yang mengabarkan injil-Nya; yang dahulu memiliki kedudukan yang terhormat sebagai Farisi, Ahli dan taat di bidang hukum Taurat, namun kemudian berbalik menjadi pengikut Kristus dan Rasul. Apa yang dahulu dianggapnya keuntungan sekarang malah dianggap kerugian, karena pengenalannya akan Kristus.

Berbicara tentang “untung” dan “rugi” khususnya dalam konteks mengamalkan hidup sebagai pengikut Kristus, orang-orang yang melakukan kabajikan, orang-orang yang memberi diri; waktu, tenaga dan dana untuk pekerjaan Tuhan, orang-orang yang mempersembahkan persembahan yang terbaik, akan dianggap bodoh oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah. Bagi orang-orang seperti ini, yang merupakan keuntungan adalah segala sesuatu yang mendatangkan uang, harta, atau keuntungan jasmani atau duniawi lainnya bagi dirinya sendiri. Orang-orang yang tidak mengenal Tuhan tidak mau berkorban bagi Tuhan dan orang lain sebaliknya akan sanggup mengorbankan orang lain untuk kepentingannya. Orang-orang yang tidak mengenal Allah tidak akan melakukan apa-apa yang berarti bagi pekerjaan Tuhan. Orang-orang yang tidak mengenal Tuhan sama seperti orang-orang yang akan binasa yang menganggap pemberitaan salib sebagai kebodohan, sedangkan orang yang mengenal Allah sama dengan orang yang diselamatkan yang menganggap pemberitaan itu sebagai kekuatan Allah yang menyelamatkan (1 Kor 1:18).

Mengapa pengenalan Allah lebih mulia? Sebeb pengenalan akan Allah membawa kita kepada persekutuan yang semakin intim dengan Tuhan. Semakin kita mengenal Tuhan maka kita pasti akan semakin intim dengan Tuhan. Keintiman dengan Tuhan akan menembus batas-batas kemustahilan. Pengenalan akan Tuhan menjadikan kita tahu apa yang menjadi bagian kita. Dan bagian terbesar yang kita dapat adalah keselamatan yang dianugerahkan yang tidak dapat dilakukan oleh hukum Taurat. Bagian lainnya adalah jaminan pemeliharaan Tuhan di bumi. Kesadaran ini yang memampukan orang-orang percaya melakukan kebajikan, memberi diri dan persembaan yang terbaik. Pengenalan akan Tuhan menghasilkan kebenaran sehingga yang duniawi menjadi sampah. Namun pengenalan tidak datang begitu saja melainkan dengan membaca dan merenungkan Firman Tuhan dan persekutuan dengan Roh Kudus. Sebab Roh Kudus akan memimpin kita kedalam seluruh kebenaran Allah.

Kita ada di dalam Tuhan bukan karena kebenaran kita melakukan Hukum Taurat melainkan karena anugerah oleh iman. Perbuatan baik atau kebajikan akan mendapat upahnya masin-masing, tetapi perbuatan baik atau kebajikan bukan untuk mendapat perkenanan Allah. Justru karena perkenanan Tuhan oleh iman kita maka kita berbuat kebajikan (Band. Ibrani 11:6).

Oleh: Bakti Rajawali Ministry | Januari 18, 2015

KEMULIAAN TUHAN DINYATAKAN LEWAT CIPTAAN

Nats : Maz. 19:1-5b

Tuhan, selain berbicara atau menyatakan diri lewat firman Tuhan, dia juga menyatakan kemuliaan-Nya lewat ciptaan-Nya. Apa yang kita baca dari ayat diatas adalah penyataan Tuhan lewat alam semesta. Bila merujuk kepada ilmu pengetahuan, Matahari, bulan, bumi, dan planet lainnya secara terus menerus berputar dan tetap pada porosnya dengan kecapatan tinggi.

Seorang pemain bola handal begitu mahir menendang bola ke gawang dan dapat memutar bola di ujung jarinya, namun pasti juga sesekali melakukan kesalahan sehingga tendangannya tidak tepat sasaran. Kemampuan jarinya juga tidak bisa memutar bola di ujung jarinya untuk waktu yang lama dan juga tidak selalu berhasil melakukannya. Namun Tuhan tidak sekalipun melakukan kesalahan yang mengakibatkan Matahari keluar dari porosnya dan menimbulkan kekacauan dan kehancuran alam semesta.   Maka layaklah kita bersyukur dan memuliakan Tuhan sebab tanpa kuasa-Nya, Matahari dan planet lainnya tidak akan tetap berputar pada porosnya.

Matahari diciptakan Tuhan dengan cahaya dan cahaya itu ada bukan tanpa tujuan melainkan berfungsi untuk menyinari alam semesta. dan semuah mahkluk hidup di bumi menerima manfaatnya. Tanpa cahaya Matahari maka tidak ada kehidupan di bumi. Tumbuh-tumbuhan yang menjadi sumber makanan bagi manusia dan hewan tidak akan tumbuh. Pernah kita merenungkan bahwa baik padi, ubi, ikan, daging dan sayur-sayuran yang sehari-hari kita makan, semua itu ada karena kuasa Tuhan? Tanpa kuasa Tuhan maka tumbuh-tumbahan tidak akan tumbuh dan hewan tidak akan hidup walau sehebat apa pun kita mengupayakannya. Maka dengan menyadari ini, layaklah kita mengucap syukur kepada Tuhan atas makanan yang kita santap setiap hari. Secara sederhana kita lihat bahwa di dalam sepiring nasi kemuliaan Tuhan nyata yang menjadikannya ada untuk memelihara kita.

Ayat 3 mengatakan “Hari meneruskan berita itu kepada hari dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam” Segala sesuatu yang diciptakan Tuhan dan bagaimana alam dan kehidupan itu berlangsung menjadi sebuah cerita atau kisah. Apa yang terjadi sebelum hari dimana kita ada, disitu terdapat kisah-kisah yang sudah kita lewati; ada kuasa Tuhan dinyatakan dan pemeliharaan Tuhan sehingga kita bisa hidup hingga saat ini. Jadi seperti apa adanya kita hari ini tidak berdiri sendiri mewakili satu hari kehidupan kita melainkan mewakili puluhan tahun usia kita sejak kita lahir.

Dikatakan “Hari menceritakan kepada hari”. Hari kemarin menjadi cerita di hari ini, hari ini akan menjadi cerita di hari besok dan hari besok menjadi cerita di hari kemudian. Oleh karena itu, syair yang kita baca mengandung makna bahwa existensi alam semesta yang ada hari ini dan segala keadaan kita hari ini merupakan kelanjutan kisah penyataan kemuliaan Tuhan sejak penciptaan. Kita ada hari ini karena Tuhan sudah menyatakan kemuliaan-Nya atas kita dihari kemarin. Berkat Tuhan selalu baru tiap hari itulah nafas hidup dan pemeliharaan Tuhan dari sehari ke sehari. Oleh karena itulah kita patut selalu mengucap syukur kepada Tuhan.

Selanjutnya dikatakan “dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam” Mengapa harus malam? Karena malam menjadi momen/waktu bagi kita untuk merenungkan kehidupan yang kita lakoni sepanjang hari. Sebelum kita tidur, mungkin kita akan merenungkan segala hal yang kita mulai di pagi hari sampai malam hari. Raja Daud mengatakan “Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur, sebab hanya Engkahlah, ya Tuhan, yang membiarkan aku diam dengan aman” (Maz 4:9). Kata “sebab hanya Engkaulah, ya Tuhan, yang membiarkan aku diam dengan aman” menjadi semacam konklusi dari perenungannya sebelum dia tidur.

Dari perenungan, kita akan mendapatkan hikmat dan pengetahuan baru yang menjadi bekal kita supaya kita tahu apa yang harus kita perbaiki, tingkatkatkan atau tinggalkan pada esok hari. (LH)

Oleh: Bakti Rajawali Ministry | Desember 23, 2014

SPECIAL – Hari Ibu

hati ibu

Oleh: Bakti Rajawali Ministry | Desember 20, 2014

JAWABAN DARI ABBA

Nats : Matius 7:7-11

Meminta sesuatu kepada Tuhan sewajarnya adalah sesuatu yang kita butuhkan/perlukan dalam kehidupan. Meminta berarti kita sadar apa dan untuk apa yang kita minta tersebut. Dalam konteks kita sebagai anak Allah maka segala yang kita minta haruslah bermuara pada kehendak Tuhan, dimana semua yang kita minta akan menyatakan kemualiaan Tuhan. Dengan demikian kita tahu apa saja yang akan kita Imani dan nantikan sebagai jawaban dari Tuhan. Namun meminta dan berharap kepada Tuhan bukan berarti kita berpangku tangan tanpa usaha-usaha maksimal. Kita perlu mengambil tindakan supaya dengan jalan itu Tuhan menyatakan pertolongan-Nya atas kita, oleh karena itu dalam bagian ayat itu dikatakan “carilah”. Mencari berarti ada upaya/usaha, ada pembelajaran, ada inovasi, dll. Sedangkan “mengetok” adalah sikap “nuon” (permisi) sebagai gambaran kerendahan hati.

Kalimat “setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan” pada ayat ke 8 adalah sebagai bentuk jaminan atau garansi. Namun hal itu harus dipahami dalam konteks meminta seturut kehendak Allah, sebab Tuhan tidak akan memberi JAMINAN bila hal itu bertentangan dengan kehendak-Nya.

Untuk menepis keraguan atas doa yang dipanjatkan kepada Tuhan, Tuhan membuat gambaran yang bersifat relasi atau hubungan antara bapa dengan anak. Bagaimana seorang ayah mengasihi anak-anaknya dan memikirkan yang terbaik buat anak-anaknya maka demikian bahkan lebih lagi kasih Tuhan atas kita anak-anak-Nya. Kita adalah anak-anak Tuhan oleh iman kita kepada Kristus Yesus. Yohannes 1:12, mengatakan ”Tetapi semua orang yang menerima-Nya (Yesus) diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya.”

Dengan posisi kita sebagai anak, kita memperoleh kesempatan untuk bergaul karib dan begitu dekat dengan Allah. Ini sungguh luar biasa. Dalam beberapa kesempatan Yesus Kristus menyebut Allah sebagai Abba. Abba dalam bahasa Aramic artinya deddy (B. Inggris) ayah (B.Indonesia) bukan hanya sekedar bapa. Bapa belum tentu ayah tetapi ayah sudah pasti bapa. Abba atau Ayah menunjukkan garis keturunan. Abba menunjukkan dari mana seseorang berasal. Galatia 4:6,”Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: “ya Abba, ya Bapa!”(Band Roma 8:15) Karena kita telah menyatu dengan Kristus dan telah mendapat bagian dari identitas ke-anak-anNya, maka kita juga berhak memanggil-Nya Abba.

Setiap orang sewajarnya bangga menjadi bapa (Abba) yang baik (Proud to be a good father). Seorang abba yang baik pasti memikirkan dan mengusahakan yang terbaik bagi anak-anaknya. Dan kebaikan Tuhan sebagai Abba kita lebih daripada kebaikan bapa kandung kita secara jasmani (ayat 11). Demikian pula seharusnya menjadi suami, isteri dan anak-anak dalam keluarga. Seorang suami yang baik pasti memikirkan dan mengusahakan yang terbaik buat isteri dan anak-anaknya. Seorang isteri yang baik pasti akan memikirkan dan mengusahakan yang terbaik buat suami dan anak-anaknya, dan seorang anak yang baik pasti akan memikirkan dan mengusahakan yang terbaik buat bapa, ibu dan saudara-saudaranya.

Ketika Yesus berdoa, Dia selalu mengarahkan doanya kepada Bapa. Dia menyebut Allah dalam doa-Nya sebagai Abba. Dan saat Dia mengajarkan murid-murid dalam hal berdoa dan meminta kepada Allah, Dia mengajarkan para murid untuk meminta kepada Bapa. Ini menjadi suatu pelajaran bagi kita bahwa apabila kita berdoa dan meminta kepada Allah dalam doa kita, hal yang sangat perlu kita sadari bahwa kita sedang berdoa atau meminta kepada Bapa kita. Bapa atau Abba yang mengasihi kita, yang perduli dan yang bangga memberi yang terbaik bagi anak-anak-Nya seturut kehendak-Nya, maka setiap orang yang meminta akan menerima dan setiap orang yang mencari akan mendapat dan setiap orang yang mengetok akan dibukakan pintu baginya. (LH)

Oleh: Bakti Rajawali Ministry | Desember 3, 2014

Kemuliaan Tuhan, Dari Sehari Ke Sehari

Maz. 19:3 “Hari meneruskan berita itu kepada hari dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam”

Mazmur itu adalah nyanyian/pujian atau syair-syair. Dalam Bahasa seniman/sastrawan setiap kata atau kalimat syair bisa mengandung maksud yang sangat luas dan dalam. Ada sebuah puisi yang terkenal dan fenomenal yang ditulis oleh seorang sastrawan angkata 45 yaitu Sitor Situmorang. Puisinya hanya berisi satu baris saja yaitu “Bulan di atas kuburan”. Sangat singkat, namun puisi ini telah menjadi inspirasi sebuah film. Meski sangat pendek yang tertuang dalam kata-kata namun mengandung cerita yang panjang dalam benak si penulis.

Ayat ini mengatakan “hari meneruskan berita itu kepada hari..” Segala sesuatu yang diciptakan Tuhan dan bagaimana alam dan kehidupan itu berlangsung menjadi sebuah cerita atau kisah. Apa yang terjadi sebelum hari dimana kita ada, disitu terdapat kisah-kisah yang sudah kita lewati; ada kuasa Tuhan dinyatakan dan pemeliharaan Tuhan sehingga kita bisa hidup hingga saat ini. Jadi seperti apa adanya kita hari ini tidak berdiri sendiri mewakili satu hari kehidupan kita melainkan mewakili puluhan tahun usia kita sejak kita lahir.

Contoh, ketika saya berdiri dihadapan jemaat Tuhan, maka jemaat hanya bisa mendiskripsikan tentang saya sebatas mereka tahu tentang saya. Secara fisik, tinggi hanya satu meter lebih, badan gemuk, seorang hamba Tuhan, dll. Tetapi keberadaan atau cerita kehidupan saya hari ini sesungguhnya sudah dimulai hampir 43 tahun yang lalu ketika saya lahir. Saya berdiri secara fisik sekarang sekaligus menghadirkan hampir 43 tahun kisah hidup saya. Dan selama hampir 43 tahun ini pula ada kemuliaan Tuhan dinyatakan dalam diri saya yang membuat saya tetap hidup, sebab tanpa Tuhan, saya sudah tidak ada sekarang ini.

Dikatakan “Hari menceritakan kepada hari”. Hari kemarin menjadi cerita di hari ini, hari ini akan menjadi cerita di hari besok dan hari besok menjadi cerita di hari kemudian. Oleh karena itu, syair yang kita baca mengandung makna bahwa existensi alam semesta yang ada hari ini dan segala keadaan kita hari ini merupakan kelanjutan kisah penyataan kemuliaan Tuhan sejak penciptaan. Kita ada hari ini karena Tuhan sudah menyatakan kemuliaan-Nya atas kita dihari kemarin.

Ratapan 3:22-23 mengatakan “Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmatNya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaanMu” Berkat Tuhan selalu baru tiap hari itulah nafas hidup dan pemeliharaan Tuhan dari sehari ke sehari. Oleh karena itulah kita patut selalu mengucap syukur kepada Tuhan.

Selanjutnya dikatakan “dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam” Mengapa harus malam? Karena malam menjadi momen/waktu bagi kita untuk merenungkan kehidupan yang kita lakoni sepanjang hari. Sebelum kita tidur, mungkin kita akan merenungkan segala hal yang kita mulai di pagi hari sampai malam hari. Raja Daud mengatakan “Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur, sebab hanya Engkahlah, ya Tuhan, yang membiarkan aku diam dengan aman” (Maz 4:9). Kata “sebab hanya Engkaulah, ya Tuhan, yang membiarkan aku diam dengan aman” menjadi semacam konklusi dari perenungannya sebelum dia tidur. Dari perenungan kita akan mendapatkan hikmat dan pengetahuan baru yang menjadi bekal kita supaya kita tahu apa yang harus kita perbaiki, tingkatkatkan atau tinggalkan pada esok hari. (LH)

Oleh: Bakti Rajawali Ministry | Desember 3, 2014

Kemuliaan Tuhan dalam Sepiring Nasi

Maz. 19:2 “Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya”

Tuhan, selain berbicara atau menyatakan diri lewat firman Tuhan, dia juga menyatakan kemuliaan-Nya lewat ciptaan-Nya. Di awal peradaban dunia sebelum manusia diciptakan oleh Tuhan, Tuhan sudah terlebih dahalu menciptakan alam semesta. Kepada nabi-nabi, Tuhan telah berfiman dan mereka mendengar suara-Nya. Tuhan juga berfirman lewat pengilhaman kepada nabi dan rasul yang menuliskan kitab-kitab yang ada ditangan kita saat ini, dan Dia sendiri yang adalah Firman telah menyatakan diri dalam wujud manusia untuk menyatakan Allah bagi manusia yaitu Yesus Kristus.

Apa yang kita baca dari ayat diatas adalah penyataan Tuhan lewat alam semesta. Bila merujuk kepada ilmu pengetahuan, Matahari, bulan, bumi, dan planet lainnya secara terus menerus berputar dan tetap pada porosnya dengan kecapatan tinggi. Bila seorang pemain bola handal begitu mahir menendang bola ke gawang dengan akurasi yang tinggi dan dapat memutar bola di ujung jarinya, namun sehebat-hebat seorang Messie dia pasti juga sesekali melakukan kesalahan sehingga tendangannya tidak tepat sasaran. Kemampuan jarinya juga tidak bisa memutar bola di ujung jarinya untuk waktu yang lama dan juga tidak selalu berhasil melakukannya. Bila Tuhan sekali saja melakukan kesalahan yang mengakibatkan Matahari keluar dari porosnya maka alam semesta ini tentu sudah kacau balau, dan kehidupan seperti yang kita hidupi sekarang tidak akan ada. Maka layaklah kita bersyukur dan memuliakan Tuhan sebab tanpa kuasa-Nya, Matahari dan planet lainnya tidak akan tetap berputar pada porosnya.

Matahari diciptakan Tuhan dengan cahaya dan cahaya itu ada bukan tanpa tujuan melainkan berfungsi untuk menyinari alam semesta. dan semuah mahkluk hidup di bumi menerima manfaatnya. Tanpa cahaya Matahari maka tidak ada kehidupan di bumi. Tumbuh-tumbuhan yang menjadi sumber makanan bagi manusia dan hewan tidak akan tumbuh. Pernah kita merenungkan bahwa baik padi, ubi, ikan, daging dan sayur-sayuran yang sehari-hari kita makan, semua itu ada karena kuasa Tuhan? Tanpa kuasa Tuhan maka tumbuh-tumbahan tidak akan tumbuh dan hewan tidak akan hidup walau sehebat apa pun kita mengupayakannya. Maka dengan menyadari ini, layaklah kita mengucap syukur kepada Tuhan atas makanan yang kita santap setiap hari. Secara sederhana kita lihat bahwa di dalam sepiring nasi kemuliaan Tuhan nyata yang menjadikannya ada untuk memelihara kita.

Oleh: Bakti Rajawali Ministry | September 7, 2014

KEUTAMAAN KRISTUS

Nats : Yohanes 1:35-42

Sebutan Anak Domba Allah (ay 36) yang digunakan oleh Yohanes Pembabtis untuk memperkenal Yesus kepada murid-muridnya dan mungkin orang lain yang bersama dengan dia, merujuk kepada pengertian hukum Musa mengenai “anak domba” yang disembelih sebagai korban penebus salah/dosa. Dalam konteks dekat di ayat-ayat sebelumnya berhubungan juga dengan sebutan “Mesias”. Kedua murid, khususnya Andreas jelas mengerti arti sebutan “Anak Domba Allah” dan juga “Mesias” (merujuk kepada ayat sesudahnya). Meskipun Yesus baru akan memulai tugasnya dan belum segera akan dikorbankan, tetapi bagi Yohanes bahwa Yesus adalah Mesias adalah sudah meyakinkan karena Allah telah mengatakannya. Lebih lagi bagi kita zaman ini, ketika seluruh isi Alkitab bermuara kepada Kristus dan PekerjaanNya, maka kita tidak ada keraguan lagi bahwa Yesus adalah Mesias.

Ketika murid Yohanes mengikuti Yesus (ay 37), dia tidak berusaha melarang apalagi menjadi kecewa. Dia tidak takut kehilangan murid (abdi) sebab baginya Yesus yang utama. Yesus yang utama bukan Pendeta/Majelis/Penatua. Setiap orang pada akhirnya harus dibawa dan menjadi murid Kristus. Bagi Yohanes, Yesus harus semakin besar dan Ia harus semakin kecil (Yoh.3:30).

Dari ayat 38, ada satu pertanyaan penting untuk kita yang mengikut Yesus untuk direnungkan dan dijawab yaitu “Apa yang kamu cari?” Ketika seseorang datang ke gereja, KKR atau persekutuan, apa yang mereka cari? Apakah mencari mujizat atau berkat semata? Apakah ke gereja mencari orang yang kaya yang diharapkan bisa selalu menolong? Apakah mencari seorang manager perusahaan yang diharapkan bisa memberikan pekerjaan? Bila semua itu yang menjadi tujuan, besar kemungkin mereka akan kecewa dan tidak akan menjadi jemaat yang sungguh-sungguh. Carilah Tuhan dan temukanlah kebenaranNya, yang lain akan ditambahkan kepada kita.

Ketika kedua murid Yohanes itu mengikut Yesus lalu menanyakan dimana Ia tinggal dan akhir mereka tinggal bersama-sama dengan Tuhan (ay 39), pastilah karena mereka ingin lebih mengenal Yesus. Maka dari ayat ini dapat kita buat sebuah statement yaitu “To know more about Jesus is to stay with Him” (untuk lebih mengenal Yesus adalah dengan tinggal bersama dengan Dia). Bagaimana kita tetap tinggal di dalam Dia? Yaitu dengan persekutuan ibadah, doa, membaca dan merenungkan firman dan belajar melakukan firman-Nya.

Selanjutnya di ayat 41, dari Andreas kita belajar yaitu bagaimana kita sebagai murid Tuhan perlu terbeban untuk membawa (memberitakan) Kristus kepada orang lain dan membawa orang lain kepada Kristus, supaya semakin banyak orang diselamatkan. Itu adalah tugas orang percaya yang ditegaskan oleh Yesus dalam Amanat Agung-Nya (Mat 28:19-20).

Di ayat 42, Simon dinamai oleh Yesus sebagai Kefas yang artinya Petrus (batu karang). Pemberian nama ini mengisyaratkan bahwa Yesus meletakkan landasan gereja-Nya diatas Petrus (Mat. 16:18). Petruslah yang kemudian memimpin jemaat mula-mula setelah kenaikan Yesus. Yang menarik kalau kita lihat dari sisi Andreas, bahwa tidak masalah Petrus menjadi pemimpin rasul-rasul (dimana Andreas termasuk di dalamnya) dan jemaat mula-mula, meskipun Andreaslah sebagai murid pertama bahkan yang “menginjili” Petrus. Baginya yang terpenting adalah membawa Simon kepada Yesus, entah sebagai alat yang bagaimana Petrus dipakai oleh Tuhan, hal itu terserah pada Tuhan. Mari kita belajar prinsip ini.

Oleh: Bakti Rajawali Ministry | September 3, 2014

FORMASI UNTUK MENGUASAI KOTA YERIKHO

Nats: Yos 6:1-5

Kisah jatuhnya kota Yerikho ke tangan orang Israel tidak terlepas dari kerja sama yang baik diantara elemen yang ada di bangsa itu. Walaupun sangat mudah bagi Allah untuk meluluh lantakkan kota Yerikho tanpa orang Israel berbuat apa-apa tapi hal itu tidak dilakukan oleh Allah. Allah menghendaki mereka memiliki andil dengan bertindak sebagai bukti kepercayaan mereka kepada perintah Tuhan.

Allah memerintahkan mereka untuk mengedari kota itu sebanyak tujuh hari dimana hari pertama sampai ke enam mereka mengitari hanya 1 kali dan hari ketujuh 7 kali mereka harus mengitari kota itu. Mereka juga diperintahkan oleh Allah membawa serta Tabut Perjanjian, membunyikan sangkakala dan bersorak dengan nyaring. Meski secara logika tidak mungkin hal itu akan dapat meruntuhkan tembok Yerikho, tetapi mereka percaya kepada Tuhan dan taat.

Adapun elemen yang dipakai oleh Tuhan menurut yang tertulis di kitab Yosua 6 adalah : Prajurit, Imam-imam dan seluruh bangsa (umat). Keterlibatan semua elemen untuk meruntuhkan tembok Yeriko dalam konteks jaman ini dapat menggambarkan kerjasama dan keterlibatan semua elemen yang ada di gereja Tuhan. Kota harus dimenangkan dan tembok iblis harus dihancurkan. Tuhan mau memakai semua elemen dan talenta yang ada untuk mendukung misi Allah. Tembok Yerikho tidak akan hancur bila hanya prajurit dan atau imam-imam saya yang mengitari kota itu sedangkan seluruh umat hanya sebagai penonton. Pun tidak akan hancur bila hanya umat saja tanpa imam dan prajurit.

Lebih jelas formasi yang diperintahkan Yosua sesuai dengan petunjuk Allah untuk mengitari kota Yeriko adalah orang bersenjata (prajurit), kemudian di ikuti oleh imam-imam yang membawa sangkakala, lalu dibelakangnya ada tabut perjanjian (juga dibawa oleh imam –ayat 12), dan yang terakhir adalah barisan penutup (Ayat 6-9). Formasi ini sangat cocok dengan model pelayanan baik di dalam pengembangan gereja/pelayanan yang sudah ada, maupun dalam penginjilan untuk menjangkau jiwa-jiwa baru bagi Tuhan. Orang bersenjata adalah para penginjil/pekerja-pekerja perintis yang dipersiapkan, imam-imam adalah hamba-hamba Tuhan yang dipercaya menggembalakan dan menyuarakan suara kenabian, Tabut adalah gambaran Yesus yang diberitakan sekaligus menjadi lambang kehadiran dan penyertaan Allah, sedangkan yang terakhir adalah barisan penutup mengacu pada jemaat yang menerima pengajaran firman dan sekaligus menjadi penopang berlangsungnya pelayanan dengan tenaga, doa dan dana.

Melalui kerjasama yang baik dan saling mendukung diantara semua elemen yang ada di tengah-tengah gereja Tuhan, sesuai dengan panggilan dan talenta masing-masing elemen/orang,   pekerjaan-pekerjaan yang besar akan dapat dilakukan. Ketika yang dibawa adalah misinya Tuhan dan oleh karena kehadiran Tuhan yang dilambangkan sebagai Tabut Perjanjian akan selalu menyertai, maka pekerjaan yang dasyat akan terjadi seperti runtuhnya tembok Yeriko dan kota itu dikuasai.

Oleh: Bakti Rajawali Ministry | Agustus 15, 2014

SANDIWARA ATAU KESUNGGUHAN

Nats: Yesaya 1:10-20

Penglihatan yang dilihat oleh Yesaya tentang Yehuda dan Yerusalem berbicara tentang keadaan kehidupan keimanan orang-orang Yehuda sepanjang kepemimpinan 4 orang raja-raja Yehuda. Pada ayat 10, perkataan ini ditujukan kepada pemimpin-pemimpin Yehuda namun sebutan “pemimpin-pemimpin” diikuti dengan istilah “Manusia Sodom” dan “Manusia Gomora”. Sepertinya dalam pandangan Yesaya, bahwa kejahatan orang-orang Yehuda sudah sama dengan orang-orang Sodom dan Gomora yang dihukum oleh Allah yang hidup di masa Abraham dan Lot (Kej. 18-19).

Di ayat 11-15 dan 16-17 sesungguhnya kita dapat menemukan bagian dari konsep salib yang sering dimaknai sebagai hubungan atau relasi vertical kepada Allah (ayat 11-15) dan hubungan/relasi horizontal kepada sesama (ayat 16-17), yang didalam konteks kita sekarang kita maknai bahwa oleh karena pengorbanan Kristus di kaya salib, hubungan kita dipulihkan kepada Allah dan juga kepada sesama manusia di dalam kasih Tuhan.

Masalah yang terjadi adalah bahwa meski mereka masih melakukan rutinitas “keagamaan” tetapi mereka tidak hidup di dalam kesungguhan sebagaimana orang yang beriman kepada Tuhan. Mereka layaknya sedang bersandiwara. Hal itu tercermin dari bagaimana mereka memperlakukan sesamanya, dan cara hidup mereka yang jahat seperti yang digambarkan sebagai “manusia Sodom’ dan “manusia Gomora”. Oleh karena itu, semua persembahan/korban mereka yang banyak-banyak, pertemuan-pertemuan dan perayaan-perayaan mereka sungguh menjijikkan bagi Tuhan.

Tentu hal ini perlu menjadi perenungan bagi kita yang hidup di zaman ini. Kita menyaksikan bagaimana pemimpin-pemimpin bangsa dan tokoh-tokoh agama yang seharusnya menjadi panutan tetapi matanya digelapkan oleh uang atau kekayaan. Contohnya adalah bagaimana seorang menteri agama yang ditangkap karena dugaan korupsi dan yang dikorupsi pun juga berkaitan dengan kegiatan keagamaan, seorang tokoh agama yang mengatasnamakan Tuhan untuk memperdaya umat, dan masih banyak contoh lainnya. Pada saat yang sama mereka tetap melakukan rutinitas keagamaan bahkan memakai symbol-simbol keagamaan dalam diri mereka. Lalu bagaimana dengan kita? Apakah kita lebih baik, sama atau justru lebih buruk dari mereka? Tentu diperlukan kerendahan hati, keterbukaan dan kejujuran untuk melihat dan mengakuinya.

Teguran kepada orang Yehuda ini juga berlaku bagi kita agar kita instrospeksi diri. Apakah kita hidup sebagai orang yang beriman kepada Tuhan dimana ada relasi atau persekutuan yang sungguh-sungguh, bukan sekedar rutinitas dan bukan sandiwara dengan Tuhan, dan bagaimana applikasi iman terbukti juga dari cara kita berelasi dengan sesama kita?

Ayat 18-20 memberi jaminan bahwa setiap orang yang bertobat maka mereka akan diampuni, dan orang yang mendengar dan menuruti perkataan Tuhan maka akan diberkati. Sebaliknya bagi mereka yang memberontak dan melawan, akan dimakan oleh pedang. Artinya akan dibiarkan dikalahkan oleh musuh (dalam konteks perang) atau dibiarkan mengalami kekalahan dan menderita dalam kehidupannya.

Oleh: Bakti Rajawali Ministry | Agustus 9, 2014

SIAP, RELA DAN BERDAMPAK

Nats: Hakim-hakim 5:1-2

Meskipun dalam tradisi Yahudi posisi perempuan dan perannya tidak mendapat hitungan secara personal, tetapi Tuhan juga menggunakan perempuan untuk menjalankan misinya atas bangsa Israel dan dunia ini. Selain Hawa, Naomi, Ester dan perempuan lainnya, Tuhan juga membangkitkan seorang hakim perempuan di masa hakim-hakim yaitu Debora untuk memimpin bangsa Israel melawan musuh-musuh mereka dan menjadi hakim ditengah bangsa itu.
Dua ayat diatas adalah bagian dari nyanyian kemenangan oleh Debora dan Barak. Mereka bernyanyi setelah mereka mengalami kemenangan oleh karena pertolongan Tuhan yang dikisahkan pada ayat sebelumnya.
Beberapa hal yang menjadi pembelajaran bagi kita dari 2 ayat dan dari latarbelakang di pasal 4:

1. Tuhan tidak membatasi gender (Jenis Kelamin) untuk menjalankan misi-Nya. Dia bisa menggunakan baik laki-laki atau perempuan, sekalipun fungsi keimaman harus tetap pada laki-laki. Persoalan zaman sekarang yang terjadi adalah laki-laki (suami-suami) justru tidak menjalankan fungsi sebagai imam tetapi cenderung sebagai “raja”. Dia menyuruh dan menghantar istri dan anak-anaknya ke gereja tetapi dia sendiri tidak ke geraja. Dia membiarkan istri pergi ke persekutuan-persekutuan doa sedang dia sendiri sibuk di warung atau menonton di rumah. Ini sungguh memprihatinkan.

2. Bagian lirik nyanyian Debora mengatakan “karena pahlawan-pahlawan Israel siap berperang”. Tentu Deboran dan Barak dalam hal ini tidak sedang mengesampingkan peran Tuhan dalam kemenangan mereka, tetapi lewat kesiapan pahlawan-pahlawan itu Tuhan memberi kemenangan kepada mereka. Baik dalam dunia pelayanan rohani maupun dalam dunia sekuler, kesiapan seseorang untuk menghadapi atau mengerjakan sesuatu, akan mempengaruhi hasil yang dicapai. Kata “Siap” yang dimaksud bukan hanya tentang kesiapan mental tetapi juga skill (keahlian). Untuk itu perlu membekali diri dengan terus belajar, berlatih dan berdoa. Jangan hanya berdoa tanpa melakukan apa-apa. Doa harus diikuti dengan tindakan dan tindakan disertai doa. Ada banyak berkat Tuhan menanti kita, tetapi yang menjadi pertanyaan bagi kita adalah apakah kita siap untuk meraihnya?

3. Pada ayat itu juga dikatakan “karena bangsa itu menawarkan dirinya dengan sukarela”. Saudara, betapa luar biasa kuasa dari “kerelaan”. Orang yang melakukan sesuatu dengan sukarela akan jauh lebih maksimal dan berdampak daripada bila seorang melakukan sesuatu karena didorong-dorong atau ditarik-tarik, karena orang yang didorong-dorong atau ditarik-tarik mengesankan keadaan yang terpaksa. Ketidakrelaan seringkali terjadi karena kurangnya kesadaraan akan dirinya dan tanggungjawabnya. Bisa juga karena kedegilan hatinya yang tidak mau menerima ajaran. Bukankah demikian yang banyak terjadi dalam kehidupan banyak orang zaman ini? Mereka acuh tak acuh dan tidak melakukan apa-apa di dalam pelayanan. Jangankan untuk menjadi alat bagi Tuhan sedangkan untuk beribadah rutin saja banyak yang bermalas-malasan. Karena itu mereka tidak bertumbuh apalagi berdampak. Maka sadarilah akan hidupmu dan tanggungjawabmu, supaya karena kerelaan itu engkau bertindak dan berdampak, dan kemualiaan Tuhan nyata atas dirimu.

Oleh: Bakti Rajawali Ministry | Agustus 4, 2014

Bukti Orang Percaya

Nats : Yoh. 10:22-29
Ayat 24 ini menjelaskan bahwa orang Yahudi sesungguhnya sedang menantikan Mesias, sang Juruselamat. Tentang Mesias ini telah dinubuatkan di kitab Perjanjian Lama dan diajarkan turun-temurun. Mesias yang telah dijanjikan jauh sebelum Kristus lahir menjadi sebuah bukti kasih Tuhan yang akan menyelamatkan manusia.

Menjawab pertanyaan orang Yahudi yang bimbang ini, Yesus berkata bahwa Ia telah mengatakannya dan perbuatan muzijat adalah bukti-bukti yang meneguhkan hal itu, tetapi mereka sendiri yang tidak percaya. Demikian juga kehidupan orang yang tidak percaya, bahwa kebimbangan yang terjadi dalam hidup manusia seringkali bukan karena kurangnya pertanyaan-pernyataan dan bukti-bukti yang telah dikerjakan Allah, melainkan karena tidak percaya kepada Tuhan.

Yesus menegaskan bahwa mereka yang tidak percaya itu karena mereka bukan domba-domba-Nya Tuhan, sebab domba akan selalu mendengar, percaya dan mengikuti kemana saja gembala membawa kawanan itu. Pertanyaan bagi kita adalah “apakah yang menjadi bukti bahwa kita adalah kawanan domba Tuhan?” Buktinya adalah bila kita mendengar suara (Firman) Tuhan dan mengikuti Dia atas dasar percaya kepada-Nya sebagai Gembala Agung yang memelihara jiwa kia.

Diantara orang-orang Yahudi yang mengikut Yesus ketika itu, terdapat orang-orang Yahudi yang percaya dan orang-orang Yahudi yang tidak percaya. Mereka sama-sama mendengar pengajaran Tuhan, dan mengikuti Yesus. Perbedaannya adalah bahwa yang satu percaya dan yang lainnya tidak. Yang percaya tetap mengikuti Dia dengan setia sedangkan yang tidak percaya mau melempari Dia.

Mungkin saja banyak orang datang ke gereja setiap minggunya, mereka sama-sama mendengar firman Tuhan dan memberi persembahan, namun seorang murid akan mengikuti Tuhan dengan setia atas dasar percaya kepada Tuhan dimana hidupnya memuliakan Tuhan, sedangkan yang bukan murid akan “melempari” (mempermalukan) dengan kehidupannya yang tidak benar.
Bagian orang percaya adalah menerima hidup yang kekal; tidak binasa sampai selama-lamanya, demikian kata Firman Tuhan.

Oleh: Bakti Rajawali Ministry | Juli 24, 2014

PEMIMPIN HEBAT UNTUK INDONESIA HEBAT

Puji syukur kepada Tuhan, Indonesia telah selesai melakukan satu pesta demokrasi yang penting yaitu pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014. Berdasarkan hasil keputusan KPU maka pasangan Jokowi-JK terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden masa bakti 2014 – 2019. Tentu sudah banyak waktu, tenaga bahkan dana yang terkuras khususnya dari kedua pasangan selama masa kampanye, namun itulah konsekwensi berdemokrasi dimana harus ada yang menang dan kalah. Harapan kita sebagai warna negara dan sebagai jemaat Tuhan, kiranya pasangan terpilih ini nantinya akan bisa mengemban tugas dan tanggungjawab sebaik-baiknya untuk memajukan bangsa dan negara republik Indonesia ini, sebab kemajuan bangsa dan negara adalah kemajuan kita juga.

Adalah wajar semua rakyat Indonesia berharap besar kapada pemimpin-pemimpin baru yang muncul beberapa tahun belakangan ini. Sebab selama puluhan tahun sejak Indonesia merdeka, masyarakat tetap dalam kesusahan dan penderitaan. Padahal kalau dibandingkan dengan kekayaan alam Indonesia yang melimpah ruah, masyarakat Indonesia sejatinya jauh lebih sejahtera dibanding masyarakat di beberapa negara di dunia ini. Namun karena mental Korupsi, Kolusi dan Nepotisme yang merajalela mengakibatkan rakyat tetap hidup dalam kesusahan kecuali para pejabat atau pengusaha yang bisa “kong kali kong” dengan para pengurus pemerintahan.

Munculnya beberapa pemimpin baru beberapa tahun belakangan ini seperti memberi angin segar perubahan untuk Indonesia lebih baik. Sebutlah Joko Widodo atau Jokowi (Mantan Walikota Solo, Gubernur DKI dan Presiden terpilih 2014), Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok (Mantan Bupati Belitung Timur dan sekarang sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta), Risma (Walikota Surabaya), Ganjar Pranowo (Gubernur Jawa Tangah), dll. Mereka bisa dikatakan hebat bukan saja karena dikenal bersih dari KKN tetapi juga transparan dan tegas mengambil keputusan. Pejabat-pejabat seperti ini menjadi harapan bagi bangsa ini. Maka marilah kita berdoa agar muncul pejabat-pejabat seperti mereka di Indonesia ini, supaya Indonesia lebih maju dan hebat. (LH, Juli-14)

Oleh: Bakti Rajawali Ministry | Juli 4, 2014

BERSATU HATI MENCARI TUHAN

2 Taw. 20:3-4 “Yosafat menjadi takut, lalu mengambil keputusan untuk mencari TUHAN. Ia menyerukan kepada seluruh Yehuda supaya berpuasa. Dan Yehuda berkumpul untuk meminta pertolongan dari pada TUHAN. Mereka datang dari semua kota di Yehuda untuk mencari TUHAN.”

1. Yosafat Mencari Tuhan

Yosafat adalah raja Yehuda yang mengikuti jejak iman kakek moyangnya yaitu Daud. Kata “mencari” bukan berarti bahwa Ia tidak memiliki persekutuan dengan Tuhan selama ini, namun yang dimaksud adalah dia mengadukan persoalannya kepada Tuhan. Selama kita masih ada di dalam dunia ini, tidak ada seorang pun yang menjamin bahwa kita tidak akan menghadapi masalah atau tantangan hidup, meskipun kita adalah orang percaya. Dan rasa kwatir dan takut bisa saja menyelimuti hati kita. Bila itu terjadi maka tindakan pertama dan terpenting adalah “carilah Tuhan”.

2. Yehuda Bersatu Hati

Yosafat sebagai raja, menyerukan kepada bangsa itu sapaya berkumpul meminta pertolongan Tuhan dan semua orang Yehuda datang dari semua kota. Pelajaran penting disini adalah mereka bersatu hati. Orang-orang Yehuda mengikuti pemimpin mereka yang menyerukan untuk berkumpul dan berpuasa meminta pertolongan kepada Tuhan.

Kesatuan hati tidak boleh dianggap remeh. Kerjasama yang baik dan sinergi antara masyarakat/jemaat dan pemimpin memiliki dampak yang besar dalam segala pekerjaan yang dipercayakan Tuhan. Visi dan Misi pemimpin akan bisa berjalan dengan baik bila seluruh masyarakat/jemaat meresponi dan bersatu hati untuk mewujudkannya. Pemimpin tidak bisa berjalan sendiri. Dia membutuhkan peran serta setiap elemen masyarakat/jemaat.

Di teks berikutnya di Tawarikh 20 ini dikisahkan kemenangan yang dialami oleh bangsa Yehuda bahkan ketika mereka belum memulai peperangan. Tuhan membuat penghadangan terhadap bani Amon dan Moab, dan orang-orang dari pegunungan Seir, yang hendak menyerang Yehuda. Setelah bani Amon dan Moab memusnahkan penduduk pegunungan Seir, mereka sendiri yang justru saling bunuh-membunuh.

Saya pernah mengalami seperti yang dialami oleh Yehuda ini, dimana ketika beberapa preman yang sering menganggu usaha penyewa-penyewa di tempat saya, yang tentu saja secara tidak langsung mengganggu usaha. Saya mengalami bagaimana Tuhan membela saya, ketika oleh karena berbagai kasus preman-preman itu ditangkap polisi dan bagaimana yang lain saling hantam-menghantam, dan saya hanya sebagai penonton, sampai kemudian suatu masa semua preman di seluruh Indonesia ditangkapi oleh aparat.

Tentu tidak harus sama pengalaman itu. Ada banyak cara Tuhan membela umat-umat yang berseru kepada-Nya. Maka tetaplah mencari Tuhan dan peliharalah kesatuan iman. (LH)

Oleh: Bakti Rajawali Ministry | Juli 2, 2014

HIKMAT UNTUK ORANG-ORANG MUDA

Bulan Juni sampai bulan Juli tahun 2014 ini merupakan masa liburan sekolah setelah para pelajar menerima raport atau pengumuman kelulusan. Mereka yang naik kelas akan bergembira sama seperti pelajar yang lulus untuk masuk ke jenjang yang lebih tinggi dari SD ke SLTP, dari SLTP ke SLTA dan dari SLTA ke jenjang perguruan tinggi (universitas). Biasanya, mereka yang tidak melanjutkan pendidikan dari SLTA ke Perguruan Tinggi, dan mereka yang baru  lulus dari Perguruan Tinggi akan mengalami kegalauan setelah terjun ke masyarakat bila tidak langsung mendapatkan pekerjaan. Hal ini terjadi karena mereka sudah tidak memiliki akivitas rutin di sekolah/perkuliahan seperti biasa, mereka juga mulai memikirkan masa depan mereka, dan pada saat yang sama mereka mulai menyadari bahwa hidup itu ternyata tidak semudah yang mereka pikirkan ketika mereka masih duduk di bangku sekolah.

Persoalan selanjutnya yang terjadi bila mereka tidak mendapat pekerjaan, usaha atau kegiatan yang jelas adalah timbulnya rasa kurang percaya diri yang semakin tinggi bahkan lebih buruknya adalah merasa hidupnya tidak berarti. Karenanya mereka cenderung melakukan tindakan-tindakan yang tidak terpuji. Oleh karena itu, pada masa-masa ini mereka perlu tetap mendapat bimbingan/arahan/dorongan dari orang tua maupun keluarga.

Orang tua sering dikatakan “sudah banyak makan asam-garam kehidupan” ketika harus berhadapan dengan orang-orang muda dalam menyikapi persoalan atau tantangan hidup. Maksudnya adalah bahwa orang tua sudah melewati banyak masa dimana ada kejadian, tantangan, kesuksesan, kegagalan, manis dan pahit, dan lain-lain yang belum banyak di alami oleh orang-orang muda. Atas dasar itulah orang tua sering memberi bimbingan, nasehat bahkan teguran dengan tujuan agar orang-orang muda tidak salah langkah melainkan menjadi orang yang berhasil.  Sebab orang tua selalu menghendaki orang-orang muda, terlebih anak-anaknya agar berhasil dalam menjalani kehidupannya.

Orang yang terkenal berhikmat, dia yang terkenal bijaksana dan memiliki persekutuan dengan Tuhan, seorang raja yang besar yaitu Raja Salomo pernah menulis “Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu” (Amsal 1:8). (LH-Juli 2014)

Oleh: Bakti Rajawali Ministry | Juni 13, 2014

D E B A T

Situasi menjelang pemilihan presiden Republik Indonesia untuk masa bakti 2014-2019 cukup terasa hangat. KPU telah menetapkan 2 pasangan capres-cawapres pada pemilihan tahun ini dan telah menjadwalkan masa kampanye dan debat terbuka kepada kedua pasangan yang disiarkan di beberapa TV nasional.  Ucara ini tentu bertujuan untuk memberi kesempatan kepada para calon untuk menyampaikan visi dan misinya dan kesempatan kepada masyarakat untuk melihat kwalitas para kandidat supaya siapa pun yang menjadi pilihan masyarakat, diharapkan itulah yang terbaik.  Selain jadwal debat terbuka yang dilakukan oleh KPU kepada capres-cawapres, beberapa lembaga dan stasiun televisi juga mengadakan acara debat antara elit politik pendukung kedua pasangan tersebut.

Di “akar rumput” pun debat tidak bisa dihindari. Meski tidak ada yang memfasilitasi dan menjadwal debat, para pendukung masing-masing calon saling berdebat tak kalah sengit. Di kantor-kantor, di warung-warung kopi, di  bis kota, di ruang tunggu, dll. Masing-masing orang menyampaikan dengan semangat hal-hal yang merupakan alasan mengapa kandidat tertentu pantas untuk mereka dukung, dan dengan rada sinis menyebutkan sederatan daftar alasan mengapa calon lainnya tidak pantas di dukung.

Di alam demokrasi sah-sah saja orang berbeda pendapat. Berdebat  atau diskusi/sharing pun sah-sah saja dilakukan, namun menjaga suasana kondusif sangat  diperlukan supaya tidak memancing emosi lawan bicara yang dapat menimbulkan keributan/pertikaian baik di tingkat “akar rumput” maupun di tingkat elite politik. Masyarakat harus tetap sadar bahwa ini adalah sebuah pesta demokrasi dimana masyarakat Indonesia berkesempatan untuk memilih pemimpin yang dianggapnya terbaik. Sebab tidak semua masyarakat di dunia ini yang bisa menentukan siapa yang akan memimpin negerinya. Contohnya adalah Korea Utara yang dipimpin oleh otoriter selama tiga generasi,  dan Myanmar yang dipimpin oleh junta militer.

Layaknya keinginan dan harapan masyarakat untuk mendapatkan pemimpin yang terbaik, demikianlah kita juga berharap bahwa di masa kampanye, pemilihan dan pasca pemilihan nanti, situasi di dalam negeri tetap baik dan kondusif. Mari kita ambil bagian untuk mewujudkannya (LH-Juni 14)

Oleh: Bakti Rajawali Ministry | Juni 13, 2014

Tetap Bersukacita

Nats : Amsal 17:22

Oleh: Lamron Sagala (GPI Malaysia)

Meski para dokter memiliki obat medis, tetapi mereka juga meyakini bahwa hati yang bergembira akan lebih cepat memulihkan keadaan orang yang sakit. Dan itu sesuai dengan penelitian. Jauh sebelum medis berkembang, firman Tuhan sudah mengatakan bahwa hati yang gembira adalah obat tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang. Saudara bisa menguji  hidup saudara apakah saudara seperti ranting yang rapuh atau sebaliknya seperti kayu yang kuat untuk menopang sebuah bangunan.

Bagaimana kita beribadah untuk menyenangkan hati Tuhan bila kita tidak bersuka-cita? Ketika seorang suami letih dari pekerjaan, apakah tetap membawa sukacita sampai ke rumah? Ketika ibu-ibu begitu sibuk dengan pekerjaan di rumah, mengurus anak-anak dan lain-lain, apakah masih tetap bersukacita? Dalam segala keadaan kita perlu menjaga hati supaya tidak hilang kontrol dan menjadi emosional, marah-marah. Bila tidak bisa menjaga hati  bisa berdampak buruk ke mana mana.

Bagitu pun dalam hal keuangan. Mungkin ada saat-saat dimana keuangan menipis bahkan mengalami kesulitan, ibu-ibu harus tetap sayang kepada suami-suami. Jangan seperti orang yang tidak mengenal Tuhan, ketika ada uang abang disayang, tidak ada uang abang melayang, tetapi harus berprinsip : ada uang abang disayang, tak ada uang tetap disayang.

Beban kehidupan memang bisa membuat orang kehilangan sukacita. Seorang anak hendaklah membahagiakan orang tua, sebab orang tua adalah wakil Tuhan di dunia ini. Dan orang tua hendaklah mengasihi anak-anak dan jangan menimbulkan  kepahitan di hati anak-anak supaya dengan itu sukacita tetap ada di tengah-tengah keluarga.  Orang percaya harus berbeda dengan orang dunia. Dalam segala tantangan yang kita hadapi , kita meresponi persoalan dengan iman kepada pertolongan Tuhan.

Segala hal butuh kesungguhan untuk  keberhasilan. Pelayanan tidak mungkin berkembang kalau tidak sungguh-sungguh di dalam Tuhan.  Kesungguhan kita akan tampak dalam kita bersikap, dan sukacita yang tetap memancar adalah satu bukti kita sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan dan orang dunia akan melihat kehidupan kita.

Oleh: Bakti Rajawali Ministry | Juni 6, 2014

TUHAN MENDAHULUI KITA

Nas : Yosua 5:13-15

Hadirnya sosok yang mengaku sebagai Panglima Bala Tentara Tuhan ini perlu menjadi perenungan bagi kita, siapa dan apa tujuannya tiba-tiba muncul di hadapan Yosua. Seseorang yang tidak sedang ditunggu, tidak pula diketahui dari mana datangnya. Dengan melihat pada sikap Yosua kepada sosok ini yaitu Yosua menyembahnya dan ia mau menerima sembahan itu, maka mungkin Dia adalah Tuhan sendiri yang menampakkan diri. Dalam istilah teologi disebut “Teofani” yaitu penampakan Allah dalam wujud yg bisa dilihat. Bandingkan dengan hadirnya Tuhan dalam nyala api yang keluar dari semakduri tetapi semak itu tidak terbakar (Kel. 3:1-6). Paling tidak sosok itu adalah Malaikat yang mewakili Allah untuk satu misi.

Sebutan diri sebagai Panglima Bala Tentara Tuhan, bersesuaian dengan keadaan orang Israel yang akan menghadapi peperangan untuk merebut kota Yeriko, karena Panglima Bala Tentara berbicara tentang seorang pemimpin yang memegang komando dan memimpin pasukan dalam peperangan.

Pasal 6 adalah sambungan dari ayat-ayat diatas. Disana disebutkan bahwa Tuhan memberi petunjuk kepada Yosua untuk menghancurkan tembok Yeriko. Mereka disuruh untuk mengelilingi kota itu sekali selama enam hari berturut-turut tetapi pada hari ketujuh, tujuh kali mereka harus mengelilingi tembok itu. Ada tujuh sangkakala yang dibawa oleh imam-imam. Setelah selesai dikelilingi, sangkakala dibunyikan dan jemaat berteriak. Akhirnya mereka berkemenangan.

Tuhan hadir dan menyatakan diri bagi kita untuk kebutuhan kita; sebagai Gembala, Ia memelihara kita, sebagai sahabat Dia membantu kita dalam kesulitan, Dia juga menyatakan diri sebagai Penolong, Penghibur dan Juruselamat bagi kita. Betapa penyertaan Tuhan luar biasa dalam hidup kita, dan adalah hasrat hati-Nya untuk selalu menyertai umat-umat-Nya. Hal itu telah dibuktikan sejak penciptaan dan lebih nyata lagi ketika Tuhan menyuruh umat Israel meninggal Mesir dan pergi ke kanaan. Sepanjang perjalanan mereka, Tuhan menyatakan kehadiran-Nya melalui   Malaikat yang mendahului mereka, Tiang Awan dan Tiang Api, lalu melalui Tabut Perjanjian.

Di dunia ini setiap saat kita berperang. Kita berperang dengan keinginan daging, berperang melawan bujuk rayu iblis, berperang melawan kemalasan, dan lain-lain. Kita mau terus meyakini bahwa Tuhan menyertai kita. Hasrat hati Tuhan adalah menyertai kita. Dia akan berjalan di depan kita untuk mendahului kita dalam peperangan yang kita harus hadapi. Namun begitu, kita harus selalu mengikuti petunjuk dan arahan Tuhan supaya kita berkemenangan.

Oleh: Bakti Rajawali Ministry | Juni 6, 2014

MULUT DAN BAHASA ROH

Istilah “Pentakosta” adalah dari asal kata bahasa Yunani, yaitu “pentekoste” yang artinya hari yang kelima puluh. Karena itu pelaksanaan hari raya Pentakosta yang dirayakan oleh gereja pada masa ini adalah dihitung 50 hari sejak hari raya Paskah, yang bertepatan dengan hari pencurahan Roh Kudus seperti yang dialami oleh murid-murid Tuhan diawal

Hari Pentakosta mengandung beberapa arti. Di Perjanjian Lama (PL) hari Pentakosta sebagai hari raya panen gandum, yang mengingatkan bahwa Allah telah memberikan berkat yang berlimpah kepada umatNya sebagai bukti bahwa Tuhan memelihara umat-Nya. Juga adalah hari yang dirayakan untuk memperingati peristiwa turunnya Taurat yang diwahyukan oleh Allah kepada Musa di gunung Sinai. Sedangkan di PB, hari Pentakosta adalah hari dicurahkannya Roh Kudus.

Salah satu karunia Roh Kudus yang diberikan kepada pengikut Tuhan adalah barbahasa roh. Oleh sebagian teolog dikatakan bahwa bahasa di KPR 2 adalah bahasa lidah bukan bahasa roh, yaitu bahasa manusia yang dimengerti oleh bangsa pemilik bahasa itu, oleh kuasa Roh mereka diberi kemampuan untuk mengucapkannya. Sedangkan di Korintus dikatakan karunia bahasa itu adalah bahasa yang tidak dimengerti oleh manusia. Inilah yang disebut bahasa Roh.

Lepas dari pendapat bahwa bahasa di KPR 2 dapat disebut juga sebagai bahasa roh atau tidak, yang pasti bahasa yang diberikan Roh itu keluar dari mulut orang percaya untuk menyatakan kemuliaan Tuhan. Semua karunia yang diberikan kepada orang percaya bertujuan untuk membawa umat memiliki pengenalan dan persekutuan yang semakin intim dengan Tuhan. Milikilah karunia-karunia Tuhan, dan muliakanlah Tuhan dengan segala apa yang kita peroleh dari-Nya.

Dengan Roh Kudus kita akan menjaga hidup yang kudus dan berkenan kepada Tuhan. Jangan sampai sikap dan perilaku kita kontradiksi dengan keinginan Roh itu. Bila mulut kita dipakai untuk memuliakan Tuhan jangan pula kita gunakan untuk memperkatakan perkataan kotor dan tercela supaya karunia bahasa roh tidak menjadi batu sandungan dan cela bagi pekerjaan Tuhan. (LH-Juni 14)

Oleh: Bakti Rajawali Ministry | Mei 30, 2014

BLACK CAMPAIGN

Belakangan ini istilah “Black Campaign” terlalu sering diperkatakan oleh orang banyak terutama yang berkecimpung atau para simpatisan di bidang politik sejak masa kampanye legislative terlebih menjelang pemilihan Presiden Republik Indonesia tahun 2014 ini.

Dari kata per kata, black campaign diartikan sederhana sebagai “Kampanye Hitam” yang dalam kaitannya dengan politik dimaksudkan sebagai upaya; baik itu pribadi atau kelompok untuk menjelek-jelekkan orang, partai atau kelompok tertentu untuk menjatuhkan nama baik  atau reputasinya di tengah-tengah masyarakat atau komunitas mereka, baik itu melalui “syiar” dari mulut ke mulut atau melalui berbagai macam media dengan berita bohong.

Saudara, Tuhan Yesus pun pernah mengalami yang serupa dengan kampanye hitam ini. Ketika Yesus ditangkap, dihadapan  imam besar Kayafas, imam-imam dan seluruh Mahkamah Agama mencari kesaksian palsu supaya Yesus dihukum mati (Mat. 26:57-68). Dihadapan Pilatus pun imam-imam kepala, tua-tua dan ahli Taurat serta seluruh Mahkamah Agama mengajukan banyak tuduhan terhadap Dia (Mark. 15:1-15).

Sebagai anak-anak Tuhan, “Black Campaign” bukanlah bagian kita, dalam arti sebagai pelaku yang menjelek-jelekkan orang lain dengan kebohongan untuk menjatuhkan reputasi orang lain, karena itu bertentangan dengan firman Tuhan. Tetapi adalah mungkin kita sendiri menjadi sasaran kampanye hitam orang lain untuk menjatuhkan reputasi/nama baik kita oleh karena iri hati, dengki, dll. Bagaimana sikap kita? Melihat sikap Yesus menghadapi tuduhan, Ia malah berdiam tidak membela diri, tentu karena Ia harus menjalani penyaliban. Belajar dari para murid ketika menghadapi kecaman dan ancaman, mereka malah berdoa sapaya diberi keberanian untuk tetap memberitakan firman Tuhan dan berdoa agar Tuhan mengulurkan tangan dan menyatakan kuasa-Nya sebagai wujud pembelaan-Nya dan dengan cara-Nya (Kis. 4:27-31).  Marilah kita mengambil hikmah dari semua ini. Haleluya. (LH-Mei’14)

Oleh: Bakti Rajawali Ministry | Mei 30, 2014

SIKAP MENGHADAPI TANTANGAN

Nas : Kis. 4:27-31

Situasi yang terjadi dalam konteks ini adalah murid-murid Tuhan sedang dalam tekanan. Yesus tidak lagi bersama dengan mereka. Tetapi  pekerjaan Tuhan luar biasa dinyatakan dalam pelayan murid-murid sehingga banyak orang yang berpaling kepada mereka.  Tentu mereka dianggap ancaman bagi imam-imam dalam hal kehilangan jemaat (pengikut) juga bagi orang Farisi yang ketat di dalam hukum Taurat dan yang tidak percaya kepada Yesus.

Tidak heran bila ada hamba-hamba Tuhan yang menganggap hamba Tuhan lain sebagai ancaman dan takut kehilangan jemaat. Alhasil mereka hidup dalam kebencian dan melakukan tindakan-tindakan yang salah.

Menarik untuk disimak ayat 29, ketika mereka mengalami ancaman di dalam mengikut dan memberitakan Injil Tuhan, mereka tidak meminta supaya Tuhan menjauhkan ancaman itu tetapi mereka meminta supaya Tuhan memberi keberanian untuk memberitakan firman. Tentu tidak salah bila kita meminta agar Tuhan menghalau rintangan/tantangan dari kehidupan kita, tetapi yang paling penting adalah meminta hikmat dan kekuatan dari Tuhan sepaya mampu tetap berdiri dalam segala keadaan yang diizinkan Tuhan.

Di ayat 30 ini pun para murid tidak meminta bencana terjadi kepada orang-orang yang mengangap mereka sebagai ancaman, mereka justru meminta Tuhan mengulurkan tangan dan “mendemonstrasikan” kuasa-nya melalui kesembuhan, tanda-tanda dan mujizat. Agar setiap orang tahu bahwa mereka ada di pihak Tuhan dan Tuhan di pihak mereka dan olehnya pemberitaan Injil semakin meluas.

Belajar dari para murid, daripada mengumpat, kesel dan marah dengan orang-orang yang mengecewakan, mengecam/mencela kita, orang yang menyakiti dan berbuat jahat, lebih baik kita berdoa agar Tuhan mengulurkan tangan dan menyatakan kuasa-Nya. Biarlah Tuhan yang menyatakan pembelaan-Nya dengan cara-Nya.

Akhirnya, orang-orang yang berserah kepada Tuhan akan menerima janji Tuhan. Janji Tuhan adalah menyertai orang percaya sampai akhir zaman. Dan Roh Kudus adalah pribadi Allah yang bekenan menyertai dan tinggal di dalam diri orang percaya. Roh Kudus menjadi dasar keberanian untuk memberitakan firman Tuhan dan untuk hidup di dalam kebenaran.

Older Posts »

Kategori